Tokoh
Pembaharu Al-Azhar
Meskipun
perkembangan ilmu semakin luas, Al-Azhar masih saja mempertahankan sistem
pendidikan tradisional yang ada, dan pada umumnya ulama-ulama Al-Azhar pun
menentang masuknya sekolah-sekolah modern.
Akan tetapi banyak tokoh yang berusaha mengembangkan keilmuan Al-Azhar agar
bisa mengikuti perkembangan zaman. Salah satunya yaitu Syaikh Muhammad Abduh. Beliay
merupakan alumni Al-Azhar yang kemudian menjadi guru disana. Pada tahun 1877 M
beliau telah menyelesaikan studinya di Al-Azhar dengan meraih gelar alim.
Setelah itu, ia mulai mengajar di Al-Azhar. Beliaupun mulai melakukan
pembaharuan-pembaharuan di Al-Azhar dengan berbagai tantangan yang ada.
Muhammad Abduh
berpendapat bahwa ilmu pengetahuan modern yang berkembang di dunia Barat
kebanyakan berdasar pada hukum alam (natural laws atau sunnatullah).
Oleh karena itu ilmu pengetahuan modern tersebut tidak bertentangan dengan
ajaran Islam. Ilmu pengetahuan merupakan salah satu sebab kemajuan umat Islam
di masa lampau, dan juga merupakan sebab kemajuan yang dialami dunia Barat
sekarang. Sehingga Al-Azhar pun perlu mempelajari ilmu pengetahuan modern. Agar
para ulama mengerti kebudayaan modern.
Menurut
Muhammad Abduh, pendidikan memerlukan pembaharuan Pelajar-pelajar madrasah
harus mempelajari ilmu pengetahuan modern, sehingga mereka bisa membantu muslim
memasuki dunia baru dalam konteks Islam yang akan sangat berarti bagi mereka
semua. Mempermodern sistem pengajaran di Al-Azhar, menurutnya akan berpengaruh
besar dalam berkembangnya usaha-usaha pembaharuan Islam. Al-Azhar adalah
universitas agama Islam yang dihargai dan dihormati diseluruh dunia Islam.
Dia yakin bahwa
apabila al-Azhar ingin diperbaiki, pembenahan administrasi dan pendidikan di
dalamnya pun harus dibenahi, kurikulumnya diperluas, mencakup sebagian
ilmu-ilmu modern, sehingga al-Azhar dapat berdiri sejajar dengan universitas-universitas
lain di Eropa serta menjadi pelita bagi kaum muslim pada zaman modern. Menurutnya,
ada dua pilihan untuk al-Azhar maju atau hancur sama sekali. Ketika Abbas Hilmi
naik ke pentas kekuasaan, dia mengeluarkan keputusan untuk membentuk sebuah
panitia yang mengatur al-Azhar. Dalam kepanitiaan itu, Muhammad Abduh mewakili
pemerintah dan menjadi pemrakarsanya. Panitia itu berhasil menaikkan gaji para
guru-guru yang miskin, memperhatikan tempat tinggal dan kesehatan orang-orang
yang tinggal di sekitarnya, serta memperbaiki kondisi perpustakaannya yang
sangat menyedihkan. Hal yang paling penting adalah menambahkan mata pelajaran,
yaitu berhitung, al-jabar, sejarah Islam, bahasa dan sastra, dan
prinsip-prinsip geometri dan geografi.
Secara
berangsur-angsur, ia mulai melakukan pengaturan libur yang lebih pendek dan
masa belajar yang lebih diusahakan untuk dihilangkan. Sementara itu, ia juga
memasukkan kurikulum modern, seperti fisika, ilmu pasti, filsafat, sosiologi,
dan sejarah ke al-Azhar. Di samping masjid, didirikan Dewan Administrasi
al-Azhar (ida-rah al-Azhar) dan diangkat beberapa orang sekretaris untuk
membantu kelancaran tugas Syaikh al-Azhar. Bersamaan dengan ini, juga dibangun
oleh Rauq al-Azhar yang dapat memenuhi kebutuhan pemondokan bagi guru-guru dan
mahasiswa-mahasiswanya.
Dalam bidang metode pengajaran, ia pun membawa cara
baru dalam dunia pendidikan saat itu. Ia mengkritik dengan tajam penerapan metode
hapalan tanpa pengertian yang umumnya dipraktikkan di sekolah-sekolah saat itu,
terutama sekolah agama. Ia tidak menjelaskan dalam tulisan-tulisannya metode
apa yang sebaiknya diterapkan, tetapi dari apa yang dipraktikkannya ketika ia
mengajar di al-Azhar tampaknya bahwa ia menerapkan metode diskusi untuk memberikan
pengertian yang mendalam pada muridnya.
ADS HERE !!!