PENDAHULUAN
Studi tentang perbandingan
pendididkan di setiap negara menjadi tema yang tidak asing lagi dalam dunia
pendidikan. Pendidikan disetiap negara berbeda-beda, baik dalam kurikulumnya,
dalam pelaksanaannya ataupun dalam hal-hal lainnya. setiap negara mempunyai
sistem pendidikan masing-masing. Dengan mempelajari perbandingan pendidikan
disetiap negara bisa memberikan banyak pengetahuan mengenai pendidikan mana
yang baik dan dapat dijadikan sebagai acuan.
Jerman dikenal dengan
siswa-siswinya yang rapi, bersih, teratur dan disiplin, dan tugas-tugas sekolah
hampir selalu didesain dalam bentuk kelompok, bukan dalam bentuk berpasangan.
Remaja Jerman tidak lazim bekerja sambil sekolah dan cenderung menunda dulu
hubungan muda mudi yang terlalu akrab. Ini semua menunjukkan bahwa masyarakat
Jerman pada umumnya memprioritaskan pendidikan.
Dalam kesempatan ini, pemakalah
akan menjelaskan lebih lanjut studi tentang potret sistem pendidikan di Jerman yang di dalamnya nanti akan dijelaskan
mengenai:
a.
Potret system pemerintahan
b.
Kondisi demografi dan potensi income negara
c.
Filsafat pendidikan dan orientasi pendidikan
d.
Kebijakan di bidang pendidikan agama
e.
Kebijakan di bidang manajemen pendidikan
formal
f.
Dinamika dalam pengembangan Kurikulum
g.
Pengembangan
pendidik dan tenaga kependidikan
h.
Pembiayaan pendidikan
PEMBAHASAN
A. Potret System Pemerintahan
Pada bulan Mei 1945, pemerintah tertinggi
negara Jerman berakhir sebagai akibat hancurnya regim sosialis nasional dan
menyerahnya Jerman tanpa syarat kepada kekuasaan sekutu. Hanya secara
perlahan-lahan hak untuk menentukan diri sendiri kembali diperoleh. Dalam tahun
1949, dua negara rival Jerman muncul, yaitu pada daerah pendudukan Uni Soviet
lahir Republik Demokrasi Jerman (the Germany Democratic Republic, GDR),
sebuah negara dengan sistem satu partai – Marxisme – Leninisme, dengan
ekonomi terpimpin; dan pada daerah pendudukan Amerika, Inggris, dan Prancis
muncul dengan republik federal Jerman (Federal Republic of Germany, FRG),
dengan sistem perekonomian liberal dan pluralistik. Membangun negara atas dasar
perbedaan regional yang sudah mempunyai sejarah panjang, kedua negara baru ini
melangkah dengan sistem yang berbeda. Di negara republik demokrasi Jerman, yang
dulunya daerah ini terbagi-bagi dalam beberapa sub unit administratif (the
lander), sekarang semua sub unit itu dihilangkan dalam tahun 1952, dan
diganti dengan struktur baru yang sentralistis. Berbeda halnya dengan republik
federal Jerman, sesuai dengan namanya sistem federal ditetapkan secara resmi
sebagai bentuk negara, dengan ciri utama pemerintahan sendiri.
B. Kondisi Demografi dan Potensi Income Negara
Secara geografis, Jerman terletak di
tengah-tengah benua Eropa dengan luas daerah 356,957 km2. Jerman berpenduduk 82
juta lebih dan kira-kira 8% diantaranya bukan berkabangsaan Jerman. Warga
negara asing ini mulai berdatangan ke Jerman pada akhir tahun 1950-an ketika
negara-negara Eropa selatan mulai merekrut buruh-buruh pekerja tangan. Jumlah
yang paling banyak adalah orang Turki, baik yang lahir di Jerman atau keturunan
Turki. Imigran lain masuk ke Jerman sebagai pengungsi karena perang, karena
tekanan ekonomi di negaranya masing-masing. Jenis imigran ketiga adalah dari
etnis Jerman sendiri (walaupun semuanya tidak berbahasa Jerman) berbeda dengan
jenis imigran lain, mereka dapat dengan segera meminta kewarganegaraanya
sewaktu masuk ke Jerman. Oleh karena kesulitan bahasa, baik imigran yang sudah
lama menetap di Jerman apalagi mereka yang baru datang, maka hal ini merupakan
tantangan bagi sistem pendidikan di Jerman. Sangat sukar memberikan kesempatan
yang sama memberikan pendidikan kepada anak-anak imigran. Berbagai upaya
dilakukan untuk mengejar anak-anak dari kelompok minoritas ini dengan
menggunakan bahasa-ibu mereka sendiri. Namun demikian, bahasa Jerman merupakan
bahasa yang dominan dengan berbagai variasi dialek daerah.
Jerman bukan negara yang kaya dengan sumber
alam, dan juga bukan negara yang mampu memenuhi kebutuhan produksi pertanian
sendiri. Oleh sebab itu Jerman banyak tergantung pada barang-barang impor dari
pada barang ekspornya. Pada umumnya perdangan Jerman sangat positif, dan
investasi Jerman di luar negeri melebihi investasi asing di dalam negeri.
Tetapi sebagai akibat dari upah serta ongkos produksi yang tinggi sesuai
ketentuan sistem sekuriti sosial, posisis Jerman sebagai negara ekspor tangguh
mendapat tantangan dalam perdagangan internasional. Ini jelas membawa dampak
bagi pendidikan. Penelitian dan pengembangan serta pabrik-pabrik.
Secara historis, bangsa Jerman memiliki
sejarah amat panjang dan unik dengan kehidupan masyarakatnya yang unik pula.
Kehidupan bangsa Jerman dimulai dari yang amat primitif, kemudian berkembang
menjadi bentuk negara-negara kecil di daerah pengaruk kerajaan Romawi sampai tahun
1809. Setelah itu Jerman berada dalam kekuasaan Napoleon sampai awal abad 19
dan berlanjut menjadi negara Prusia yaitu tahun 1824-1871, Republik Weimar
1919-1033, Era Nazi 1933-1945, kemidian setelah kalah perang dunia dua, Jerman
terpecah menjadi dua negara yaitu Jerman Barat dan Jerman Timur (1945-1989)
keduanya dapat bersatu setelah dirobohkannya tembok pembatas yang memisahkan
keduanya yang dikenal dengan “Tembok Berlin”. Oleh
karenanya sejak tahun 1989 sampai sekaranh Jerman bersatu menadi bentuk negara
Federal dengan nama
republik
Federal Jerman.
C. Filsafat Pendidikan dan Orientasi Pendidikan
Berdasarkan sejarah, pendidikan di Jerman
berasal dari dua sumber: gereja dan negara. Sudah menjadi tradisi semenjak awal
abad pertengahan bahwa gereja selalu terlibat dalam pendidikan, sedangkan the
lander (asal mula kekuasaan daerah) selalu pula mengatakan bahwa merekalah
yang bertanggung jawab atas pendidikan.
Adapun orientasi pendidikan di Jerman
adalah sebagai berikut:
1.
Pendidikan Dasar,
Menengah, dan Pendidikan Tinggi
Tergantung pada negara bagian,
wajib sekolah di Jerman berlaku sembilan atau sepuluh tahun, dengan normal anak
masuk sekolah pada usia enam tahun. Jika seorang siswa gagal mendapatkan
sertifikat tamat belajar, ia tidak lagi berhak mendapatkan pelayanan pendidikan
formal, dan hal ini sering menimbulkan kesulitan dalam kehidupan sosial dan
ekonomi yang bersangkutan.
Pendidikan dasar biasanya berlangsung
empat tahun, tetapi ibu kota negara, Berlin, melaksanakan sistem enam tahun,
beberapa negara bagian lainnya melaksanakan pengajaran tambahan dua tahun pada Grade
5 dan 6 dalam suatu lembaga perantara yang memberikan berbagi jenis pelajaran
sebagai persiapan masuk ke program-program sekolah menengah. Hari sekolah
dihitung 190 hari setahun pada tingkat pendidikan dasar, dan anak-anak belajar
mulai pukul 8:00 pagi sampai pukul tergantung pada tingkat kelas atau “Grade”.
Dari kelompok umur yang sama, 28,8%
memasuki program atau sekolah yang lebih tinggi yang di kenal dengan Realschule,
kadang-kadang disebut juga Mittelschule (sekolah menengah). Biasanya, Realschule
mempersiapkan siswa untuk memasuki karir sebagai pegawai atau buruh kelas
menengah.
Pada
tingkat pendidiknan tinggi, terdapat dua jenis lembaga, yaitu:
1) Akademi atau politeknik. Lembaga pendidikan ini memerlukan waktu
12 tahun pendidikan lengkap.
2)
Universitas yang di desain untuk mengintegrasikan pengajaran
dengan penelitian.
2.
Pendidikan Prasekolah
Pada abad 18 dan 19, muncul
lembaga-lembaga untuk mengurus kesejahteraan anak-anak yang membutuhkan bantuan
yang pada awalnya menyediakan pengajaran keagamaan (Injil). Pendidikan ini
diarahkan pada pengendalian dampak-dampak negatif yang bermacam-macam akibat
industrialisasi. Pendidikan prasekolah ini melayani anak-anak dari usia 3
tahun, dan guru-gurunya disiapkan melalui pendidikan kejuruan khusus,
pendidikan prasekolah lazimnya tidak punya kurikulum untuk belajar membaca dan
menulis atau berhitung.
3.
Pendidikan Khusus
Pada
tahun 1989, baik di Jerman Timur maupun Jerman Barat, kira-kira 4% siswa
tercatat pada lembaga-lembaga yang khusus melayani anak-anak cacat. Di samping
itu, Jerman Timur menjalankan sistem sekolah khusus (Spezialschulen)
bagi anak-anak yang punya bakat istimewa dalam bidang seni atau olah raga yang
jumlahnya kira-kira 1% dari kelompok umur.
Biasanya
anak-anak cacat diklasifikasikan berdasarkan cacat alami yang menimpanya,
seperti buta, cacat fisik, gangguan mental dan sebagainya. Pengadaan
kelas-kelas khusus, bahkan kadang-kadang sekolah khusus, mengikuti klasifikasi
ini. Ada dua kategori yang termasuk program pendidikan khusus, yaitu yang
disebut “kelainan tingkah laku” dan “kesulitan belajar” pada pendidikan khusus.
4. Pendidikan Vokasional, Teknik, dan Bisnis
Sistem
penandidikan yang menawarkan kualifikasi terdiri dari bermacam-macam jenis dan
mempunyai struktur yang agak kompleks, paralel dengan pendidikan vokasional,
teknik dan bisnis. Pendidikan vokasional diselenggarakan oleh sekolah-sekolah
negeri, sedangkan ijazah diberikan oleh Kamar Dagang, Industri atau
keuangan, program ini sering disebut “sistem ganda”. Sertifikat atau ijazah ini
adalah resmi dan diakui oleh negara. Satu sekolah yaitu Fachgymnasium, secara
resmi sekolah ini termasuk sekolah umum pada tingkat menengah keatas. Program
kurikulumnya diarahkan pada bidang ekonomi, sosial dan teknik.
Secara
keseluruhan sistem pendidikan vokasional, teknik dan bisnis ini diselenggarakan
dengan seperangkat peraturan yang mencakup persyaratan masuk, transisi, dan
kualifikasi lulusan.
5. Pendidikan Orang Dewasa dan pendidikan Nonformal
Pendidikan bagi
orang dewasa (Adult Education) di Jerman dikelompokkan dalam tiga
kategori umum, vokasional (termasuk teknik dan keuangan), dan politik. Program
pendidikan orang dewasa ini didominasi penyelenggaraannya oleh volchochschulen,
biyasanya didukung oleh masyarakat setempat. Walaupun sekolah ini mungkin
terdaftar sebagai organisasi nirlaba. Mata pelajaran yang diajarkan mencakup
yaitu:
a.
Bahasa
b.
Ekonomi, matematika, dan ilmu
pengetahuan alam
c.
Kesehatan
d.
Kerajinan tangan
e.
Sekolah persamaan
f.
Politik dan ilmu-ilmu sosial
g.
Pendidikan, psikologi, dan teologi
h.
Kesusastraan dan seni.
Mata pelajaran
yang diberikan pada volkshochschulen dapat dianggap sebagai pendidikan
vokasional orang dewasa, maka institusi ini menjadi sangat penting sebagai
penyelenggara progran itu.
Pendidikan
politik bagi orang dewasa diartikan terutama sebagai kegiatan yang erat
hubungannya dengan partai politik, dan juga berhubungan dengan
pelajaran-pelajaran yang diberikan oleh serikat-serikat kerja. Mencapai 10%
dari orang-orang yang sesungguhnya memerlukan peningkatan kualifikasi
profesional melalui program ini. Dapat dikatakan bahwa sedikit sekali kegiatan
ini dalam bentuk formal dengan pengertian diakui oleh pemerintah dengan
sertifikat, program pendidikan orang dewasa sebagai sektor keempat dalam sistem
pendidikan jerman bukan tidak beralasan.
D. Kebijakan di Bidang Pendidikan Agama
Populasi muslim di Jerman tercatat sejumlah 3,2 juta jiwa (2001),
sekitar 75% muslim Jerman berasal dari keturunan Turki, sisanya dari belahan
Islam lainnya. Umumnya muslim di Jerman berafiliasi pada madzhab Sunni aliran
Imam Abu Hanifah.
Terdapat dua payung organisasi di Jerman yakni the Islamic
Council for the Federal Republic of
Germany dan the Germany Council of Muslim in Germany yang memiliki
komitmen untuk mengorganisasikan masa depan kaum muslimin di Jerman dalam
kerangka masyarakat Jerman dan konteks yang sah. Langkah penting kearah ini
adalah munculnya yayasan tentang komite pendidikan agama yang terbentuk pada
musim gugur tahun 2000 yang lalu.
Upaya berbagai organisasi muslim di Jerman dan kajian masalah
keTimuran membawa pembaharuan bertahap. Pembelajaran Islam di Jerman
dilaksanakan secara mandiri, mendapat tempat dalam hukum dan pengakuan
pemerintah sehingg dapat diharapkan bahwa kondisi ini akan terus berkembang
bahkan di Negara Eropa lainnya.
E. Kebijakan di Bidang Manajemen Pendidikan
Formal
Konstitusi
Federal telah menetapkan wewenang Lander atas pendidikan, maka beberapa Lender
membuat beberapa ketentuan dalam konstitusi mereka masing-masing mengenai
pengaturan masalah-masalah pendidikan, dan selurunya melalui proses
legislative. Pengaturan itu mencakup penetapan tujuan pendidikan, struktur, isi
pengajaran, dan prosedur dalam sistem daerah mereka masing-masing. Dalam negara
bagian, tanggung jawab pendidikan terletak pada level kementrian kabinet yang
seringring disebut Kementian Kebudayaan. Pada negara-negara bagian yang luas
derahnya. Sekolah tidak dikontrol secara langsung oleh kementrian negara
bagian, tetapi melalui badan administratif regional yang merupakan bagian dari
badan eksekutif tanpa pasangan atau counterpart langsung dari pihak
legislatif atau DPR. Masyarakat setempat biasanya juga punya tanggung jawab
menyediakan infra struktur yang diperlukan dan ada kalanya juga terlibat dalam
pengangkatan staf.
Supervisi
atau inpeksi terhadap sekolah merupakan tugas kementrian negara bagian, secara
langsung atau tidak. Dengan beberapa pengecualian, gereja-gereja negara bagian
tidak lai melakukan fungsi supervisi terhadap sekolah. Secara resmi ada tiga
fungsi supervisi sekolah, fungsi pedagogis, hukum dan servis masyarakat.
Rekonsiliasi
mengenai struktur pendidikan di Jerman, Konferensi Mentri-mentri Kebudayaan
menetapkan, melalui keputusan bulat, prinsip-prinsup pendidikan yang berlaku
secara nasional serta kesepakatan mengenai masalah-masalah internasional.
Komisi Gabungan Perencanaan Pendidikan dan Dukungan Penelitian merumuskan
rekomendasi dan mengawasi program-program eksperimen. Dalam Komisi, Pemerintah
Federal dan Pemerintahan Negara Bagian memiliki hak suara yang sama. Sesudah
perubahan Konstitusi tahun 1969, sejumlah wewenang negara bagian menegenai
pendidikan tinggi dialihkan ke pemerintah Federal.
F. Dinamika Dalam Pengembangan
Kurikulum
Menteri-menteri
pendidikan negara bagian menentukan kurikulum mereka sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, dan mereka melakukan itu melalui tiga jenis
instrumen yaitu, pertama, tabel yang menguraikan jumlah jam belajar per minggu,
serta mata pelajaran sesuai dengan “grade” dan jenis sekolah, kedua, pedoman
kurikulum, ketiga, pemberian wewenang penulisan dan pengadaan buku teks.
Tujuan
umum kurikulum ditentukan oleh peraturan sekolah (sering dinyatakan pada
Mukadimah suatu Keputusan, sedangkan tujuan khusus diterbitkan dalam kaitannya
dengan pedoman kurikulum. Ini diputuskan oleh kementrian negara bagian dan
mencakup silabus, rekomendasi metode mengajar, dan kadang-kadang juga model
rencana pelajaran. Mengenai buku teks , tidak ada yang dapat dipakai di
sekolah-sekolah Jerman tanpa mendapat persetujuan dari mentri negara bagian.
Keputusan
untuk metode mengajar tertentu sepenuhnya diserahkan kepada guru. Dengan
semakin menurunnya rasio murid-guru (dari 30 : 1 tahun 1960 menjadi 15 : 1
dalam tahun 1980), makin jelas kecenderungannya bahwa metode mengajar “techer-centered”
makin di tinggalkan beralih pada bekerja dengan kelompok kecil murid dalam
kerangka pendekatan “student-centered”. Semenjak akhir tahun 1980-an, konsep “pengajaran
terbuka” atau “
open instruction” yang menekankan pada “murid belajar
atas dorongan sendiri” semakin berkembang dan semakin popular pada
sekolah-sekolah pendidikan dasar dan juga pada sebagian sekolah menegah
pertama.
G. Pengembangan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
Guru-guru
Gymnasien dan sebagian guru-guru spesialis untuk bidang keuangan yang di
didik ditingkat universitas, dengan tekanan utama di bidang keahlian di
bandingkan dengan bidang keguruan. Pada umumnya, pendidikan bidang studi mencakup
dua disiplin ilmu yang dapat diambil pada universitas atau fakultas. Untuk
beberapa spesialisasi, bidang pendidikan umum dilengkapi dengan mata kuliah
khusus seperti bidang membaca bagi calon guru pendidikan dasar atau diagnosis
terapan bagi yang bermaksud mengajar pada lembaga pendidikan khusus. dalam
jurusan pendidikan, tekanan terberat adalah pada pendekatan sejarah, filosofis,
dan orientasi pada praktikum.
H. Pembiayaan Pendidikan
Dengan
pengecualian pendidikan tinggi, keuangan pendidikan sepenuhnya berada di tangan
Lander dan masyarakat setempat. Secara umum, seluruh biaya personil
ditanggung oleh pemerintah negara bagian, dan infra struktur oleh masyarakat.
Hampir semua program pendidikan (termasuk pembebasan uang kuliah pada
pendidikan tinggi) bersifat gratis. Pemerintah Federal juga memberikan bantuan
kepada sebagian siswa sekolah menengah dan mahasiswa perguruan tinggi, banyak
diantaranya yang menerima bantuan dari anggaran pemerintah dengan jumlah yang
cukup besar (kira-kira 90% dari biaya operasional sekolah).
Pengeluaran
pemerintah untuk pendidikan mencapai 3,7% (Jerman Barat) dari GNP (
Gross
National Product)
dalam tahun 1990, dan ditambah 1,7% untuk
penelitian. Investasi swasta untuk penelitian dan pembangunan berjumlah 3,9%,
sehingga pengeluaran tahun 1990 mencapai 9,3% dari GNP. Tetapi semenjak 1975
sebagai pertanda berakhirnya perluasan sistem secara menyeluruh. Dalam tahun
1989, unit biaya pendidikan persiswa untuk sekolah-sekolah adalah DM 6,2000
(Us$3,650) dan DM 17,100 (US$10,060) permahasiswa pada pendidikan tinggi.
DAFTAR PUSTAKA