Dari perkembangan pemikiran para filosof yang berbeda
dalam menanggapi segala sesuatu, maka muncullah berbagai macam karakteristik
pemikiran– pemikiran yang kemudian menjadi sebuah ciri khas dari seorang
filosof sebagai hasil pemikiran tertinggi. Sejarah mencatat bahwa dalam
pertumbuhan dan perkembangan filsafat terdapat berbagai macam perbedaan yang
jelas dari masing – masing tokoh filsafat.Begitu pula halnya dengan filsafat
pendidikan, bahwa dalam sejarahnya telah melahirkan berbagai pandangan atau
aliran. Dimana sebuah pemikiran manusia tidak akan pernah final ketika
memikirkan sesuatu yang masih mungkin bisa dipikirkan. Oleh sebab itu, dunia
filsafat pendidikan pun mempunyai berbagai pandangan ataupun aliran yang berbeda.
Dalam filsafat terdapat berbagai aliran, sepertialiran Perenialisme. Karena filsafat
pendidikan merupakan terapan dari filsafat, sedangkan filsafat memiliki
berbagai macam aliran, maka dalam filsafat pendidikan akan kita temukan juga
berbagai macam aliran. Di zaman kehidupan modern ini banyak menimbulkan krisis
diberbagai bidang kehidupan manusia, terutama dalam bidang pendidikan. Untuk
mengembalikan keadaan krisis ini, maka perenialisme memberikan jalan keluar
yaitu berupa kembali kepada kebudayaan masa lampau yang dianggap cukup ideal
dan teruji ketangguhannya.
Untuk itulah pendidikan harus lebih banyak mengarahkan
pusat perhatiannya kepada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh.
Jelaslah bila dikatakan bahwa pendidikan yang ada sekarang ini perlu kembali
kepada masa lampau, karena dengan mengembalikan keadaan masa lampau ini,
kebudayaan yang dianggap krisis ini dapat teratasi melalui perenialisme karena
ia dapat mengarahkan pusat perhatiannya pada pendidikan zaman dahulu dengan
sekarang. Perenialisme rnemandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses
mengembalikan keadaan sekarang. Perenialisme memberikan sumbangan yang
berpengaruh baik teori maupun praktek bagi kebudayaan dan pendidikan zaman
sekarang. Maka dari itu di dalam makalah ini akan membahas tentang pendidikan
menurut perenialisme.
PEMBAHASAN
A.
Sejarah perenialisme
Perenialisme merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang
lahir pada abad kedua puluh. Perenialisme berasal dari kata perennial yang
berarti abadi, kekal, atau selalu. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi
terhadap pendidikan progresif. perenialisme menentang pandangan progresifisme
yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru.
Aliran ini dianggap sebagai “regresive road to culture”
yakni kembali, mundur kepada kebudayaan masa lampau. Perenialisme menghadapi
kenyataan dalam kebudayaan manusia sekarang, sebagai satu krisis kebudayaan
dalam kehidupan manusia modern. Untuk menghadapi situasi krisis itu,
Perenialisme memberikan pemecahan dengan jalan “kembali kepada kebudayaan masa
lampau”, kebudayaan yang dianggap ideal.
Pendidikan harus lebih banyak mengarahkan pusat
perhatiannya kepada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh. Karena itu
Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali, atau proses
mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan ideal dimaksud
“education as cultural regression”. Perenialisme tak melihat jalan yang
meyakinkan selain kembali kepada prinsip – prinsip yang telah sedemikian
membentuk sikap kebiasaan, bahkan kepribaidan manusia selain kebudayaan dulu
dan kebudayaan abad pertengahan.
Perenialisme memilih prinsip demikian karena realita
zaman modern memberi alasan obyektif, memberi kondisi untuk pilihan itu.
Perenialisme berharap agar manusia kini dapat memahami ide dan cita falsafatnya
yang menganggap filsafatnya sebagai suatu asas yang komprehensif. Perenialisme
sebagai satu pandangan hidup yang berdasarkan pada sumber kebudayaan dan hasil
– hasilnya, karena prinsip – prinsip filsafatnya itu self-evident, kekal dan
tak terikat tempat berlakunya (universal), maka prinsip – prinsip itu disamping
transcendental, juga realiable untuk semua zaman, karena itu ia benar dan tepat
untuk abad kita sekarang dan masa depan.
B.
Pandangan perenialisme dalam pendidikan
Perenialisme memandang kebenaran sebagai hal yang
konstan, abadi atau perennial. Tujuan dari pendidikan menurut perenialis adalah
memastikan bahwa para siswa memperoleh pengetahuan tentang prinsip-prinsip atau
gagasan-gagasan besar yang tidak berubah. Adapun prinsip pendidikan
perenialisme adalah
1.
Walaupun perbedaan lingkungan, namun pada
hakikatnya manusia dimanapun dan kapan pun ia berada adalah sama. Tujuan
pendidikan adalah sama dengan tujuan hidup yaitu untuk mencapai kebajikan dan
kebijakan. Pendidikan harus sama bagi semua orang, dimana pun dan kapan pun ia
berada, begitu pula tujuan pendidikan harus sama yaitu memperbaiki manusia
sebagai manusia.
2.
Tugas pendidikan adalah memberikan pengetahuan
tentang kebenaran yang pasti dan abadi. Kurikulum diorganisasikan dan
ditentukan terlebih dahulu oleh orang dewasa, ditujukan untuk melatih aktivitas
akal dan untuk mengembangkan akal.
3.
Pendidikan bukan merupakan peniruan dari
hidup, melainkan merupakan suatu persiapan untuk hidup. Sekolah tidak pernah
menjadi situasi kehidupan nyata. Sekolah bagi anak merupakan
peraturan-peraturan yang artifisial dimana ia berkenalan dengan hasil yang
terbaik dari warisan sosial budaya.
4.
Siswa seharusnya mempelajari karya-karya besar
dalam literatur yang menyangkut sejarah, filsafat, seni, begitu juga dalam
literatur yang berhubungan dengan kehidupan sosial terutama politik dan
ekonomi.
Sedangkan pandangan – pandangan kurikulumnya
mempengaruhi praktik pendidikan.
1.
Pendidikan Dasar dan Menengah
a.
Pendidikan sebagai persiapan
Perbedaan Progresivisme dengan Perenialisme terutama pada
sikapnya tentang “education as preparation”. Dewey dan tokoh – tokoh
Progresivisme yang lain menolak pandangan bahwa sekolah (pendidikan) adalah
persiapan untuk kehidupan. Tetapi Perenialisme berpendapat bahwa pendidikan
adalah persiapan bagi kehidupan di dalam masyarakat. Dasar pandangan ini
berpangkal pada ontologi, bahwa anak ada dalam fase potensialitas menuju
aktualitas, menuju kematangan.
b.
Kurikulum Sekolah Menengah
Prinsip kurikulum pendidikan dasar, bahwa pendidikan
sebagai persiapan, berlaku pula bagi pendidikan menengah. Perenialisme
membedakan kurikulum pendidikan menengah antara program, “general education”
dan pendidikan kejuruan, yang terbuka bagi anak 12-20 tahun.
2.
Pendidikan Tinggi dan Adult Education
a.
Kurikulum Universitas
Program “general education” dipersiapkan untuk pendidikan
tinggi dan adult education. Pendidikan tinggi sebagai lanjutan pendidikan
menengah dengan program general education yang telah selesai disiapkan, bagi
umur 21 tahun sebab dianggap telah cukup mempunyai kemampuan melaksanakan
program pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi pada prinsipnya diarahkan untuk
mencapai tujuan kebajikan intelektual yang disebut “The intellectual love of
good”.
b.
Kurikulum Pendidikan Orang Dewasa
Tujuan pendidikan orang dewasa ialah meningkatkan
pengetahuan yang telah dimilikinya dalam pendidikan lama sebelum itu,
menetralisir pengaruh – pengaruh jelek yang ada. Nilai utama pendidikan orang
dewasa secara filosofis ialah mengembangkan sikap bijaksana, guna
merenorganisasi pendidikan anak – anaknya, dan membina kebudayaannya. Malahan
Hutchins mengatakan, pendidikan orang dewasa adalah jalan menyelamatkan
kehidupan bangsa – bangsa.
C.
Pandangan perenialisme dalam belajar
Tentang belajar pandangan perenialisme adalah
1.
Titik tolak belajar adalah bahwa manusia
adalah makhluk rasionalis. Titik tolak kemampuan manusia adalah kemampuan
berfikir.
2.
Dari berfikir berkembanglah kebebasan,
ketrampilan, berbahasa dan sebagainya.
3.
Belajar ada persoalan latihan dan disiplin
mental. Yang penting adalah pengembangan kemampuan dasar, sedangkan materi ajar
hanyalah alat untuk mengembangkan kemampuan dasar tersebut. Kalau kemampuan
dasarnya tersebut sudah berkembang dengan sendirinya manusia akan dapat
menghadapi dan memecahkan segala masalah yang dihadapi.
4.
Ada belajar yang terjadi dalam bentuk
pengajaran dan ada belajar yang berupa penemuan sendiri oleh peserta didik.
Tuntutan tertinggi dalam belajar menurut Perenialisme
adalah latihan dan disiplin mental. Maka, teori dan praktik pendidikan haruslah
mengarah kepada tuntunan tersebut. Teori dasar dalam belajar menurut
Perenialisme terutama:
1.
Mental discipline sebagai teori dasar
Menurut Perenialisme sependapat latihan dan pembinaan
berpikir adalah salah satu kewajiban tertinggi dalam belajar, atau keutamaan
dalam proses belajar. Karena program pada umumnya dipusatkan kepada pembinaan
kemampuan berpikir.
2.
Rasionalitas dan Asas Kemerdekaan
Asas berpikir dan kemerdekaan harus menjadi tujuan utama
pendidikan, otoritas berpikir harus disempurnakan sesempurna mungkin. Dan makna
kemerdekaan pendidikan hendaknya membantu manusia untuk dirinya sendiri yang
membedakannya dari makhluk yang lain. Fungsi belajar harus diabdikan bagi tujuan
itu, yaitu aktualisasi diri manusia sebagai makhluk rasional yang bersifat
merdeka.
3.
Leraning to Reason (belajar untuk berpikir)
Bagaimana tugas berat ini dapat dilaksanakan, yakni
belajar supaya mampu berpikir. Perenialisme tetap percaya dengan asas pembentukan
kebiasaan dalam permulaan pendidikan anak. Kecakapan membaca, menulis, dan
berhitung merupakan landasan dasar. Dan berdasarkan pentahapan itu, maka
learning to reason menjadi tujuan pokok pendidikan sekolah menengah dan
pendidikan tinggi.
4.
Belajar sebagai persiapan hidup
Belajar untuk mampu berpikir bukanlah semata – mata
tujuan kebajikan moral dan kebajikan intelektual dalam rangka aktualitas
sebagai filosofis. Belajar untuk berpikir berarti pula guna memenuhi fungsi
practical philosophy baik etika, sosial politik, ilmu dan seni.
5.
Learning through teaching
Fungsi guru menurut Perenialisme berbeda dengan
esensialisme. Menurut esensialisme guru sebagai perantara antara bahan dengan
anak yang melakukan proses penyerapan. Dalam pandangan Perenialisme, tugas guru
bukanlah perantara antara dunia dengan jiwa anak, melainkan guru juga sebagai
murid yang mengalami proses belajar sementara mengajar. Guru mengembangkan
potensi – potensi self discovery, dan ia melakukan otoritas moral atas murid –
muridnya, karena ia seorang profesional yang memiliki kualifikasi dan superior
dibandingkan dengan murid – muridnya. Guru harus mempunyai aktualitas yang
lebih.
Simpulan
Perenialisme dianggap sebagai “regresive road to
culture” yakni jalan kembali ke kebudayaan masa lampau. Pandangan
Perenialisme mengenai belajar dengan mendasarkan pada teori belajar yaitu mental
disiplin sebagai teori dasar, rasionalitas dan asas kemerdekaan, belajar untuk
berpikir serta belajar sebagai persiapan hidup. Perenialisme memandang
kebenaran sebagai hal yang konstan, abadi atau perennial.
Perenialisme juga memiliki formula mengenai jenjang
pendidikan beserta kurikulum, yaitu pendidikan dasar dan (sekolah) menengah,
pendidikan tinggi dan adult education. Tujuan dari pendidikan menurut
perenialis adalah memastikan bahwa para siswa memperoleh pengetahuan tentang
prinsip-prinsip atau gagasan-gagasan besar yang tidak berubah.
DAFTAR PUSTAKA
Khoir,Abdul,2007, Filsafat Pendidikan
Islam, (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press)
Syam,Mohammad Nor,1988, Filsafat
Kependidikan dan Dasar Filsfat Kependidikan Pancasila, (Surabaya: Usaha
Nasional)
Muis,Drs.H.Soegiono,M.M&Dr.Tamsil,2012,
Filsafat Pendidikan Teori Dan Praktek (Bandung:PT.REMAJA ROSDA KARYA)
Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam,
(Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2007), hal. 62.
Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam,
(Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2007), hal. 68-69.
Mohammad Nor Syam, Filsafat Kependidikan dan
Dasar Filsfat Kependidikan Pancasila, (Surabaya: Usaha Nasional, 1988), hal.
325-328.