PENDAHULUAN
Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses
pembelajaran, pemberian pengetahuan, keterampilan dan sikap melalui pikiran,
karakter serta kapasitas fisik dengan menggunakan pranata-pranata agar tujuan
yang ingin dicapai dapat dipenuhi. Pendidikan dapat diperoleh melalui lembaga
formal dan informal. Penyampaian kebudayaan melalui lembaga informal dilakukan
melalui enkulturasi semenjak kecil di dalam lingkungan keluarga. Dalam
masyarakat yang sangat kompleks, terspesialisasi dan berubah cepat, pendidikan
memiliki fungsi yang sangat besar dalam memahami kebudayaan sebagai satu
keseluruhan.
Kebudayaan tidak dibawa manusia sejak kelahirannya.
Secara faktual, dan sebagaimana tersurat dalam definisi yang dikemukakan
Koentjaraningrat, kebudayaan dapat menjadi milik diri manusia sehingga menjadi
karakteristiknya yang esensial dibanding dengan hewan hanyalah melalui belajar.
Di pihak lain, bahwa kebudayaan sebagai keseluruhan sedikit banyak merupakan
himpunan dari pola-pola budaya yang diperlukan dalam rangka mempertahankan
eksistensi suatu masyarakat.
Antropologi pendidikan dihasilkan melalui khusus
dan percobaan yang terpisah dengan kajian yang sistrmatis mengenai praktek
pendidikan dalam prespektif budaya, sehingga antropologi menyimpulkan
bahwa sekolah merupakan sebuah benda budaya yang menjadi skema nilai-nilai
dalam membimbing masyarakat. Namun ada kalanya sejumlah metode
mengajar kurang efektif dari media pendidikan sehingga sangat
berlawanan dengan data yang didapat di lapanga oleh para antropolog. Tugas para
pendidik bukan hanya mengekploitasi nilai kebudayaan namun menatanya dan
menghubungkannya dengan pemikiran dan praktek pendidikan sebagai satu
keseluruhan.
PEMBAHASAN
A.
Definisi Antropologi
Kata antropologi menurut Koentjaraningrat merupakan gabungan dua konsep
yaitu Antropos yang berarti manusia dan Logos yakni ilmu. Artinya, ilmu yang
mempelajari tentang aspek manusia yang manitiktekankan pada :
1.
Sejarah perkembangan manusia sebagai makhlkuk sosial dan
budaya
2.
Sejarah terjadinya aneka warna makhluk manusia dipandang
dari sudut ciri tubuhnya
3.
Penyebaran dan terjadinya aneka warna bahasa yang
diucapkan oleh manusia di dunia
4.
Pekembangan, penyebaran, dan terjadinya aneka warna dari
kebudayaan manusia di dunia
5.
Dasar dan aneka warna kebudayaan manusia dalam kehidupannya.
B.
Munculnya Antropologi
Menurut Agus dan Murtijo, kelahiran antropologi diawali ketika masyarakat Barat
tertarik terhadap bangsa-bangsa pribumi yang berdoisili di luar wilayah
budayanya. Semula ketertarikan itu pada ranah warna kulit, warna rambut, bentuk
mata, maupun postur tubuh komunitas yang berada di Afrika, Asia, maupun di
Indian Amerika, dengan hal tersebut memunculkan konsepsi antropologi fisik.
Ketertarikan berikutnya, para antropolog Barat pada ranah tingkah laku manusia,
hasil karya manusia, dan sistem sosial budaya.
C.
Ruang Lingkup Kajian Antropologi
Menurut Nur Syam, ruang lingkup (pembidangan)
kajian antropologi terpilah atas antropologi fisik, antropologi budaya, dan
antropologi sosial. Antropologi fisik mengkaji tentang keanekaragaman ciri khas
fisik manusia dan perkembangannya. Ciri fisik itu meliputi warna kulit, tinggi
badan, ukuran tengkorak, ukuran otak, golongan darah, dan anggota tubuh
lainnya. Sedangkan antropologi budaya mengkaji manusia dalam dimensi budaya
yang dimilikinya meliputi: bahasa, tulisan, kesenian, sistem pengetahuan, dan
totalitas kehidupan manusia. Adapun antropologi sosial mengkaji tentang
prinsip-prinsip persamaan dan keanekaragaman budaya masyarakat dengan generaling
approach inilah muncul sub bidang antropologi antara lain: antropologi
ekonomi, entropologi kehutanan, antropologi kesehatan, antropologi politik,
antropologi agama, dan masih banyak lagi. Dengan pemetaan tersebut, dipandang
perlu memunculkan antropologi pendidikan.
D. Kiprah Antropologi Dalam kehidupan
Kiprah antropologi dalam kehidupan menurut Mattulada adalah ilmu yang
memperhatikan terbentuknya pola perilaku dalam tatanan nilai yang dianut dalam
kehidupan manusia. Dengan antropologi diharapkan nilai-nilai sosial dapat
dijadikan basic berperilaku masyarakat. Hal ini bermakna bahwa antropologi
berkiprah terhadap masyarakatnya berupa praktik konkrit untuk kehidupan
masyarakat ini.
E. Sejarah Singkat dan Tujuan Antropologi Pendidikan
Munculnya ilmu antropologi pendidikan karena adanya perkembangan ilmu
pendidikan yang direspon oleh masyarakat dengan menggunakan pendekatan budaya.
Hal tesebut diawali dengan memahami bahwa ilmu pendidikan tidak murni hanya
berjalan dalam rel pendidikan, akan tetapi ilmu yang bersentuhan dengan budaya
dan perkembangan budaya masyarakatnya. Hal itu diperkuat oleh realitas bahwa
pendidikan salah satu bagian dari ruh budaya. Dengan ilmu antropologi
pendidikan dijadikan bekal peserta didik dalam berbudaya di tengah komunitas
budayanya.
Tujuan antropologi pendidikan antara lain untuk mencetak generasi yang
berbudaya, untuk mengenalkan muatan budaya bangsa yang bersumber dari budaya
lokal, nasional maupun global, untuk menstimulasi terciptanya budaya hasil
inovasi, untuk mentradisikan penghormatan terhadap anekaragaman budaya, untuk
mempertahankan budaya adiluhung, dan agar siap dan sanggup menerima realitas
budaya.
F. Landasan Filosofis Antropologi Pendidikan
Untuk memperoleh pemahaman tentang landasan filosofis antropologi
pendidikan, tentunya memunculkan jawaban yang berkaitan dengan tiga landasan
dasar filsafat yakni epistimologi, ontologi dan aksiologi keilmuan.
Epistimologi berasal dari bahasa Yunani dari asal kata ‘epistema’ yang
berarti pengetahuan dan ‘logos’ yang bermakna pengetahuan. Jadi, epistimologi
adalah pengetahuan mengenai pengetahuan. Esensi dasar yang dikaji epistimologi
adalah persoalan yang diketahui dan bagaimana cara mengetahui. Jd, epistimologi
dalam pendidikan adalah memberikan jawaban bahwa ilmu antropologi pendidikan
adalah ilmu yang memadukan antara konsepsi budaya dengan pendidikan.
Sedangkan kata ‘ontologi’ berasal dari bahasa Inggris yakni ‘ontology’ juga
berasal dari bahasa Yunani dari kata ‘on’ yang berarti ada dan ‘ontos’ berarti
pemikian. Jadi, ontologi adalah pemikiran mengenai yang ada dan keberadaannya.
Sedangkan landasan ontologi ilmu antropologi pendidikan adalah keberadaan
budaya di tengah ekologi budaya.
Adapun aksiologi menurut Heri dan Listiyono berasal dari kata ‘axios’ yang
berarti nilai dan ‘logos’ yang berarti ilmu atau teori. Jadi, aksiologi adalah
ilmu atau teori yag yang mempelajari hakikat nilai. Jd, aksiologi kaitannya
dengan antropologi pendidikan digunakan sebagai landasan sejauhmana manfaat
yang diberikan dari konsep (antropologi pendidikan) terhadap peserta didik
dalam kehidupan sehari-sehari di tengah ekologi budayanya.
G. Hubungan Kebudayaan dengan Pendidikan
Antara kebudayaan dengan pendidikan terdapat hubungan komplementer.
Pertama, kebudayaan berperan sebagai masukan (input) bagi pendidikan. Kedua,
pendidikan berfungsi untuk melestarikan kebudayaan masyarakat (fungsi
konservasi) dan juga berfungsi dalam rangka melakukan pengembangan dan
perubahan kebudayaan masyarakat ke arah yang lebih baik(fungsi kreasi atau
inovasi)
H. Pentingnya Kajian Antropologi Pendidikan
Untuk memperoleh pemahaman tentang pentingnya mengkaji antropologi
pendidikan, dapat dipahami beberapa poin berikut antara lain: memahami esensi
dasar kebudayaan, mencetak generasi yang berbudaya, menghormati aneka-ragam
kebudayaan indonesia, memahami pesan budaya, berinovasi dengan budaya baru yang
adiluhung, tertanamnya praktik pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti,
dan terciptanya peserta didik yang berbudaya.
I. Peran Antropologi pendidikan
Dapat dinyatakan bahwa peran antropologi pendidikan pada dasarnya adalah
mediator (perantara) antara peserta didik dengan dinamika beserta pernik-pernik
budaya yang ada di sekitarnya. Untuk memediasinya langkah dasar yang harus
ditanamkan adalah pengenalan terhadap aneka budaya. Meskipun penanam itu
memerlukan kiat dan strategi yang dinamis sesuai dengan objek budaya setara
berkesinambungan.
J. Hambatan Antropologi pendidikan
Adapun hambatan pelaksanaan Antropologi
pendidikan antara lain :
1. Komersialisasi
Komersialisasi dalam konteks ini diberi nama
praktis dan sederhana adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh individu ketika
berinteraksi yang mengeluarkan tenaga atau pikiran dengan pihak lain, bagi
pelakunya mengharapkan upah atau materi. Hal ini pada dasarnya menafikan esensi
sikap tolong-menolong antarsesama.
2. Kapitalisasi
Maksud kapitalisasi adalah penghargaan dan
kesuksesan orang hidup di abad modern diukur dengan seberapa besar modal yang
dimiliki sseorang. Bahkan hal ini pun dialami bagi individu yang hidup di
masa-masa sebelumnya. Karena hidup di dunia membutuhkan materi. Dengan besarnya
modal yang dimiliki seseorang, keberadaanya mampu beraksi sesuai dengan
karakternya. Biasanya karakter yang terbangun karena banyaknya modal adalah individualis.
DAFTAR PUSTAKA