EVALUASI PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK
PENDAHULUAN
Dalam sebuah proses belajar mengajar, masih banyak
fenomena siswa pergi ke sekolah untuk
belajar tetapi cara belajar mereka terbatas mendengarkan keterangan guru,
kemudian tidak mencoba memahami materi yang diajarkan oleh guru. Saat ujian,
para siswa mengungkapkan kembali materi yang telah mereka hafalkan itu. Cara
belajar seperti ini, bukanlah suatu keberhasilan, dan merupakan cara belajar
yang tidak kita inginkan. Mengenai nilai dan ujian, harus diakui bahwa siswa
tersebut bisa menjawab pertanyaan.
Di dalam pembelajaran yang
penuh dengan proses berpikir siswa, tidak boleh hal demikian terjadi, karena
jika seorang siswa hanya mendengarkan dengan apa yang disampaikan oleh gurunya.
Siswa akan cenderung menghafal dan yang diketahui hanya lingkup yang dijelaskan
saja. Akibatnya siswa terbelenggu dalam pikirannya dan tidak bisa mengembangkan
solusi ketika menghadapi sebuah permasalahan yang berbeda. Oleh karena itu,
selain siswa mendengarkan apa yang disampaikan oleh seorang guru, yang
terpenting adalah bagaimana siswa tersebut juga memahami dengan berpikir kritis
dalam proses belajarnya. Sehingga sebuah pembelajaran sampai pada terwujudnya
tujuan sebuah pembelajaran.
Pentingnya berpikir kritis maka sejajar dengan kedudukan guru sebagai
seorang yang berkewajiban mengembangkan berpikir kritis siswa dikelas termasuk
pada mata pelajaran pendidikan agama Islam, karena pendidikan agama merupakan
pelajaran yang sentral dan penting bagi manusia. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi pembelajaran khususnya mata pelajaran
pendidikan agama Islam (PAI) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis
peserta didik hingga sampai pada terwujudnya sebuah tujuan dari pendidikan.
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Konsep Berpikir Kritis
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas
dari kegiatan berpikir, Menurut Plato berpikir adalah
berbicara dalam hati. Kalimat di atas dapat diartikan bahwa
berpikir merupakan proses kejiwaan yang menghubung hubungkan
atau membanding- bandingkan antara situasi fakta, ide atau kejadian
dengan fakta, ide atau kejadian lainnya. Setelah proses
berpikir itu seseorang memperoleh suatu
kesimpulan hasil pemikirannya.
Menurut Dewey dalam Kokom Komalasari,
berpikir dimulai apabila seseorang dihadapkan pada suatu masalah (perplexity)
dan menghadapi sesuatu yang menghendaki adanya jalan keluar. Situasi yang
menghadapi adanya jalan keluar tersebut, mengundang yang bersangkutan untuk
memanfaatkan pengetahuan, pemahaman, atau keterampilan yang sudah dimilikinya
terjadi suatu proses tertentu di otaknya sehingga ia mampu menemukan sesuatu
yang tepat dan sesuai untuk digunakan mencari jalan keluar terhadap masalah
yang dihadapinya. Dengan demikian
yang bersangkutan melakukan proses yang dinamakan berpikir.
Dari beberapa pernyataan para ahli tentang
definisi berpikir di atas dapat disintesiskan bahwa berpikir adalah suatu
kegiatan atau proses kognitif, tindakan mental untuk memperoleh pengetahuan,
pemahaman dan keterampilan agar mampu menemukan jalan keluar dan keputusan
secara deduktif, induktif dan
evaluatif sesuai dengan tahapannya.
Kemampuan
berpikir kritis merupakan salah satu modal dasar
atau modal intelektual yang sangat penting bagi setiap
orang, selain itu menurut Penner dalam Ibrahim (2007)
kemampuan ini merupakan bagian yang fundamental
dalam kematangan
manusia. Berpikir
kritis adalah
berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan
pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai dan dilakukan (Hassoubah, 2002:85). Berpikir kritis merupakan kegiatan
menganalisis ide atau gagasan ke arah yang lebih spesifik, membedakan secara
tajam, memilih, mengidentifikasi, mengkaji dan mengembangkannya ke arah yang
lebih sempurna.
Menurut Richard Paul memberikan definisi bahwa:
“Critical thinking is that mode of thinking – about
any subject, content or problem – in which the thinker
improves the quality of his or her thinking by skillfully
taking change of the structures inherent in thingking
and imposing intellectual standards upon them. Berpikir kritis adalah model berpikir
mengenai hal, substansi atau masalah apa saja,
dimana si pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya
dengan menangani secara terampil struktur-struktur
yang melekat dalam pemikiran dan menerapkan standar-standar intelektual padanya.
Ennis (1985), mendefinisikan berpikir kritis
sebagai berpikir reflektif yang berfokus pada pola pengambilan keputusan
tentang apa yang harus diyakini dan harus dilakukan. Orang yang berpikir kritis akan mengevaluasi dan kemudian
menyimpulkan suatu hal berdasarkan fakta untuk membuat
keputusan.
Gunawan menyatakan bahwa keterampilan berpikir kritis adalah kemampuan
untuk berpikir pada level yang kompleks dan menggunakan proses analisis dan
evaluasi. Berpikir kritis melibatkan keahlian berpikir induktif seperti
mengenali hubungan, manganalisis masalah yang bersifat terbuka, menentukan
sebab dan akibat, membuat kesimpulan dan mem-perhitungkan data yang relevan.
Sedang keahlian berpikir deduktif melibatkan kemampuan memecahkan masalah yang
bersifat spasial, logis silogisme dan membedakan fakta dan opini.
Dari pendapat para tokoh diatas mengenai
definisi berpikir kritis, penulis dapat menyimpulkan bahwa berpikir kritis
merupakan sebuah berpikir yang mendalam dan komplek dan merupakan sebuah
berpikir dasar. Sehingga berpikir kritis yang condong pada unsur kognitif
sangat penting dalam menciptakan dasar intelektual/ pengetahuan siswa.
Dalam pendidikan modern berpikir kritis merupakan suatu hal yang penting
untuk dikembangkan. Ada beberapa pertimbangan untuk mengembangkan berpikir
kritis. Menurut H.A.R Tilaar, ada 4 pertimbangan mengapa berpikir kritis perlu
dikembangkan di dalam pendidikan modern, diantaranya:
(1) Mengembangkan berpikir kritis didalam
pendidikan berarti kita memberikan penghargaan kepada peserta didik sebagai
pribadi (respect as person).
(2) Berpikir kritis merupakan tujuan yang ideal di
dalam pendidikan karena mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan kedewasaannya.
(3) Pengembangan berpikir kritis dalam proses
pendidikan merupakan suatu citacita tradisional seperti apa yang ingin dicapai
melalui pelajaran ilmu-ilmu eksakta.
(4) Berpikir kritis merupakan suatu hal yang
sangat dibutuhkan dalam kehidupan demokratis. Sehingga berpikir kritis haruslah
dikembangkan.
B. Karakteristik Kemampuan Berpikir Kritis
Secara sederhana karakteristik siswa yang berpikir kritis adalah siswa yang
mampu mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengkonstruksi argumen serta mampu
memecahkan masalah dengan tepat (Splitter, 1991).
Sehubungan dengan hal tersebut, Zeidler, et. Al dalam
Muslimin Ibrahim (2008) menyatakan ciri-ciri orang yang mampu berpikir kritis
adalah:
a. Memiliki perangkat pikiran
tertentu yang dipergunakan untuk mendekati gagasannya, dan memiliki motivasi
kuat untuk mencapai dan memecahkan masalah
b. Bersikap skeptis yaitu tidak mudah menerima
ide atau gagasan kecuali dia sudah dapat membuktikan kebenarannya.
Berpikir kritis menurut
Schafersman, S.D. (1991) ada 16 karakteristik, yakni (1) menggunakan bukti
secara baik dan seimbang, (2) mengorganisasikan pemikiran dan mengungkapkannya
secara singkat dan koheren, (3) membedakan antara kesimpulan yang secara logis
sah dengan kesimpulan yang cacat, (4) menunda kesimpulan terhadap bukti yang
cukup untuk mendukung sebuah keputusan, (5) memahami perbedaan antara berpikir
dan menalar, (6) menghindari akibat yang mungkin timbul dari tindakan-tindakan,
(7) memahami tingkat kepercayaan, (8) melihat persamaan dan analogi secara
mendalam, (9) mampu belajar dan melakukan apa yang diinginkan secara mandiri,
(10) menerapkan teknik pemecahan masalah dalam berbagai bidang, (11) mampu
menstrukturkan masalah dengan teknik formal, seperti matematika, dan
menggunakannya untuk memecahkan masalah, (12) dapat mematahkan pendapat yang
tidak relevan serta merumuskan intisari, (13) terbiasa menanyakan sudut pandang
orang lain untuk memahami asumsi serta implikasi dari sudut pandang tersebut,
(14) peka terhadap perbedaan antara validitas kepercayaan dan intensitasnya,
(15) menghindari kenyataan bahwa pengertian seseorang itu terbatas, bahkan
terhadap orang yang tidak bertindak inkuiri sekalipun, dan (16) mengenali
kemungkinan kesalahan opini seseorang kemungkinan bias opini, dan bahaya bila
berpihak pada pendapat pribadi.
C. Strategi Pembelajaran Kritis
1. Strategi Kisi-kisi Pengelompokan
Strategi ini berbentuk kisi-kisi yang terdiri dari dua atau tiga kelompok.
Strategi ini dapat mengevaluasi tingkat kualitas kemampuan analisis peserta
didik tentang hubungan beberapa konsep atau teori tertentu.
Tujuan pembelajaran dengan strategi ini yaitu:
·
Mengembangkan kecepatan meng-analisis
·
Mengembangkan kemampuan mengambil kesimpulan yang masuk
akal dari pengamatan
·
Memperbaiki kecakapan menghafal
·
Mengembangkan kecakapan, strategi dan kebiasaan belajar
·
Belajar terma-terma/ istilah-istilah dan fakta-fakta
·
Belajar konsep-konsep dan teori-teori
·
Meningkatkan kecakapan mengurai elemen-elemen yang ada
dalam terma-terma dan fakta-fakta ilmu pengetahuan
·
Meningkatkan kecakapan menjabarkan unsur-unsur yang ada
dalam sebuah teori ilmu pengetahuan.
2. Strategi Kisi-kisi pro dan kontra
Strategi ini berbentuk kisi-kisi yang terdiri dari dua kelompok atau
kategori saja. Strategi ini menilai dengan cepat kecakapan dan kedalaman
kemampuan analisis peserta didik tentang satu masalah atau satu isu tertentu
dengan melihat dari dua sisi: pro-kontra, ungtung-rugi, atau plus-minus.
Tujuan pembelajaran dengan strategi ini yaitu:
·
Mengembangkan kecerdasan menganalisis
·
Mengembangkan kemampuan mengambil kesimpulan yang masuk
akal dari pengamatan
·
Belajar mengevaluasi metode-metode dan materi
·
Mengembangkan kepedulian tentang isu-isu sosial
·
Mengembangkan kapasitas menentukan pilihan-pilihan yang
bersifat moral
·
Mengambangkan komitmen terhadap satu nilai tertentu
·
Mengembangkan kapasitas berpikir untuk kemandirian
·
Mengembangkan kapasitas membuat satu keputusan yang arif
lagi bijaksana.
Selain yang disebutkan diatas, strategi dalam
mengembangkan pembelajran kritis yaitu strategi pembelajaran inkuiri merupakan
rangkain kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara
kritis dan anilitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu
masalah. Dalam pembelajaran ini
anak diberi peluang untuk mencari, memecahkan, hinggamenemukan cara-cara
penyelesaiannya dan jawaban-jawabannya sendiri.
D. Evaluasi Pembelajaran Kritis
Berpikir kritis merupakan berpikir yang arahnya cenderung kepada ranah
kognitif. Yaitu ranah yang mencakup kegiatan otak. Ranah kognitif menurut Bloom
dan kawan-kawan mencakup: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension),
penerapan (application), analisis (analysis), sistesis (synthesis),
dan evaluasi (evaluation).
Sebuah pembelajaran tidak dapat dilepaskan dengan sebuah evaluasi, karena
evaluasi akan mengetahui seberapa besar pecapaian keberhasilan dalam sebuah
pembelajaran di kelas. Terlebih pada mata pelajaran PAI. Dalammengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa terhadap pelajaran PAI. Instrumen dibedakan
menjadi dua, yaitu tes dan non tes. ada beberapa jenis instrumen atau alat yang
cocok digunakan untuk meningkatkan berpikir kritis siswa salah satunya:
a.
Tes Uraian (tes subjektif)
Tes
Uraian, yang dalam uraian disebut juga essay, merupakan alat penilaian yang
hasil belajar yang paling tua. Secara umum tes uraian ini adalah pertanyaan
yang menuntut siswa menjawab dalam bentuk menguraikan, menjelaskan,
mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis
sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa
sendiri. Dengan demikian, dalam tes ini dituntut kemampuan siswa dalam
mengekspresikan gagasannya melalui bahasa tulisan.
Tes jenis ini dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, karena
jawaban yang dihasilkan akan berkembang sesuai argumen dan curahan dari peserta
didik. Dibanding tes lainnya seperti pilihan ganda, menjodohkan, tes ini lebih
menggali potensi yang dimiliki siswa. Selama tes ini diisi dengan hal yang
masuk akal, maka siswa tetap di beri penghargaan nilai, artinya tidak ada nilai
nol. Dan masing-masing dari pertanyaan yang diajukan memiliki bobot
masing-masing. (Penulis).
Contoh tes uraian (essay):
PAI Kelas 5 Semester 2
No
|
Pertanyaan
|
Bobot
|
1.
|
Sebutkan 5 orang nabi
dan rasul Allah yang termasuk kepada ulul azmi? Jelaskan mengapa Allah memberi gelar tersebut ?
|
15
|
2.
|
Mengapa khalifah Abu Bakar diberi gelar Ashiddiq, jelaskan dan berilah
argumen anda?
|
20
|
3.
|
Sebutkan 4 sifat wajib
bagi para rasul Allah swt beserta artinya.! Bagaimana kita mewujudkan ke dalam kehidupan
sehari-hari?
|
30
|
4.
|
Mengapa bulan Ramadan
dinamakan bulan yang penuh barakah? Jelaskan
dan beri argumen anda dan contoh dari sebuah berkah di bulan ramadhan?
|
35
|
b.
Tes lisan
Tes lisan adalah tes yang
menuntut jawaban dari peserta didik dalam bentuk lisan, peserta didik akan
mengucapkan jawaban dengan kata-katanya sendiri sesuai dengan pertanyaan atau
perintah yang diberikan. Dalam melakukan pertanyaan di kelas prinsipnya adalah:
mengajukan pertanyaan, member waktu untuk berpikir, kemudian menunjuk peserta
untuk menjawab pertanyaan.
Tes
lisan ini dapan meningkatkan tingkat berpikir siswa sampai pada hal kritis.
Karena pada tes ini merupakan tes yang pertanyaannya tidak tentu, artinya soal
yang diajukan pada awalnya sudah ditentukan namun pertanyaan selanjutnya
merupakan sebuah perkembangan dari guru dengan mengikuti alur dari jawaban yang
diutarakan siswa.
Penilaian pada tes ini yaitu dengan menggunakan pengamatan guru. Seorang
guru dapat membuat tabel penilaian berdasarkan aspek yang akan dinilai.
Contoh evaluasi dengan tes lisan:
No
|
Nama Siswa
|
Aspek Yang
Dinilai
|
Jmlh Skor
|
Kecakapan
memberi jawaban
|
Kecakapan
bahasa yang digunakan
|
Argumen
pribadi
|
0 - 35
|
5 - 25
|
0 - 40
|
1
|
|
|
|
|
|
2
|
|
|
|
|
|
3
|
|
|
|
|
|
4
|
|
|
|
|
|
5
|
|
|
|
|
|
Pada tabel penilaian diatas, penulis dapat
dijelaskan bahwa dalam menilai siswa ketika proses tes lisan, guru mengisi
tabel penilaian sesuai kemampuan yang dimiliki oleh siswa berdasarkan aspek
yang dinilai. Sehingga akan diperoleh jumlah skor akhir yaitu minimal 5 dan
maksimal 100.
DAFTAR PUSTAKA
Adi W. Gunawan, Genius Learning Strategy Petunjuk
Praktis untuk Menerapkan Accelarated Learning, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), hlm. 177-178
Mustaji,http://pasca.tp.ac.id/site/pengembangan-kemampuan-berpikir-kritis-dan-kreatif-dalam-pembelajaran
(di akses pada 8-Juni-2015)