Sebagai seseorang
tenaga pengajar (guru), aktivitas kegiatannya tidak dapat dilepaskan dengan
proses pengajaran. Sementara proses pengajaran merupakan suatu proses yang
sistematis, yang tiap komponennya sangat menentukan keberhasilan belajar anak
didik.
Mengajar merupakan kompetensi profesional seorang
guru. Mengajar adalah hal yang kompleks dan karena
murid-murid itu bervariasi, maka tidak ada cara tunggal untuk mengajar yang
efektif untuk semua hal. Guru harus menguasai beragam perspektif dan strategi,
dan harus bisa mengaplikasikannya secara fleksibel.
Guna tercapainya sebuah tujuan
pembelajaran, maka seorang guru/ pengajar perlu memahami dari prinsip mengajar,
agar seorang guru tau kearah mana pembelajaran akan di bawa.
Pembelajaran bukanlah sekedar transfer
of knowledge yang tidak memperhatikan kondisi yang dialami oleh murid.
Manusia bukanlah robot yang bisa kita atur semau kita, manusia juga bukan
binatang yang mudah disuruh-suruh. dalam sebuah pembelajaran disamping guru
harus memahami prinsip, agar terciptanya timbal balik serta keharmonisan antara
guru dengan murid, seorang guru haruslah mengetahui pendekatan-pendekatan
pembelajaran demi keprofesionalan seorang guru sendiri.
Agar lalu lintas pengajaran
bisa berjalan lancar, teratur, terhindar dari beberapa hambatan yang berakibat
pada stagnasi pengajaran, maka guru harus mengerti, memahami, menghayati
berbagai rinsip pengajaran sekaligus mengaplikasikan pada waktu dia
melaksanakan tugasnya. Prinsip-prinsip pengajaran meliputi:
1.
Prinsip Aktivitas
Thomas M. Risk dalam bukunya “Principles
& Practices of teaching”, mengemukakan: “Teaching is evidance of
learning Experiences” (mengajar adalah proses membimbing pengalaman
belajar). Pengalaman itu sendiri hanya mungkin diperoleh jika peserta didik
dengan keaktifannya sendiri bereaksi terhadap lingkungan. Dengan demikian
belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas
fisik maupun psikis.
2.
Prinsip Motivasi
Walker dalam bukunya “Conditioning
and instrumental learning” mengatakan “perubahan-perubahas yang dipelajari
memberi hasil yang baik bilamana orang mempunyai motivasi untuk melakukannya”.
Thomas M. Risk memberikan
pengertian motivasi sebagai berikut: “We way definen motivation, in a
pedagogical sense, as theconcius effont on the part of the teacher to establish
in student motives leading to sustained activity to ward to the learning goal”,
(Motivasi adalah: usaha yang disadari oleh pihak guru untuk menimbulka
motif-motif para peserta didik yang menunjang kearah tujuan-tujuan belajar).
3.
Prinsip Individualitas
Individu sebagai manusia
merupakan orang-orang yang memiliki pribadi/ jiwa sendiri. Kekhususan jiwa itu menyebabkan
individu yang satu berbeda dengan individu yang lainnya.
Iqbal mengatakan bahwa
perkembangan individualitas merupakan suatu proses yang kreatif. Dalam proses
individu harus memainkan peranan yang aktif, selalu mengadakan aksi dan reaksi
yang bertujuan terhadap lingkungannya. Dengan demikian tumbuh kembangnya
individu sangat didukung oleh lingkungan (kelas).
4.
Prinsip lingkungan
Pakar psikologi menyebutkan
bahwa faktor lingkungan lebih berpengaruh dibanding faktor pembawaan, dalam hal
pembentukan kebiasaan, keribadian, sika dan nilai.
Ada dua cara menggunakan lingkungan sebagai
sumber pengajaran:
a.
Membawa peserta didik dalam
lingkungan dan masyarakat untuk keperluan pembelajaran.
b.
Membawa sumber-sumber dari
masyarakat ke dalam kelas pelajaran untuk kepentingan pribadi.
5.
Prinsip Konsentrasi
Secara psikologis,
jika memusatkan perhatian pada sesuatu maka segala stimulus lainnya yang tidak
diperlukan tidak masuk dalam alam sadarnya. Akibatnya dari keadaan ini adalah
pengamatan menjadi sangat cermat dan berjalan dengan baik. Stimulus yang mnjadi
erhatiannya kemudian menjadi mudah masuk kedalam ingatan, juga akan menimbulkan
tanggapan yang teran, kokoh, tidak mudah hilang bahkan dapat dengan mudah untuk
direproduksikan.
6.
Prinsip kebebasan
Pengertian kebebasan menurut
Rosella Linskie, mengandung tiga dimensi, yaitu: Self directedness, self
dicipline, self control.
Kemudian menurut Fulton Sheen
memberikan batasan kebebasan kedalam:
a.
There is the freedom to do only
what you went to do
b.
There is the freedom to do only
what you must to do
c.
There is the freedom to do only
what you ought to do
Kebebasan menurut kategori
pertama disebut anarki, yang kedua disebut totalitas dan yang ketiga disebut
demokrasi.
7.
Prinsip Peragaan
Peragaan meliputi semua pekerjaan
pencaindra yang bertujuan untuk mencapai pemberian pemahaman sesuatu hal secara
lebih teopat dengan menggunakan alat-alat indra.
8.
Prinsip kerjasama dan
persaingan
Jean D. Grambs berpendapat
bahwa pengajaran di sekolah yang demokratis, kerjasama maupun persaingan sama
pentingnya, hanya persaingan yang dimaksud bukan bertujuan untuk mmperoleh
hadiah/kenaikan pangkat, tetapi untuk mencapai hasil yang lebih tinggi atau
untuk memecahkan masalah yang dihadapi kelompok.
9.
Prinsip apersepsi
Apersepsi adalah suatu
penafsiran buah pikiran yaitu menyatupadukan dan mengasimilasi sesuatu
pengamatan dan pengalaman yang telah dimiliki. Apersepsi dimulai dengan
meghubungkan lebih dulu pelajaran sebelumnya sebelum menyajikan pelajaran baru,
bisa disajikan melalui pertanyaan.
10.
Prinsip korelasi
Korelasi (saling berkaitan)
pengajaran dengan masalah-masalah keseharian individu maupun dengan bidang lain
akan menjadikan sesuatu yang baru dan berguna bagi peserta didik serta melatih
upaya pemecahannya dengan pada skill atau pengetahuan dari pengajaran tersebut.
11.
Prinsip efisiensi dan
efektifitas
Pengajaran yang baik adalah
proses pengajaran dengan waktu yang cukup serta dapat membuahkan hasil
(pencapaian tujuan instruksional) secara tepat, cermat dan optimal.
12.
Prinsip globalitas
Menurut prinsip globalitas
(integralitas) bahwa keseluruhan adalah menjadi ttik ukur awal pengajaran.
Peserta didik selalu mengamati keseluruhan lebih dahulu baru kemudian
bagian-bagiannya. Yaitu mengenalkan pengajaran kepada peserta didik dari
pengertian yang umum kepada kaidah-kaidah yang khusus.
13.
Permainan dan hiburan
Kelas pengajran yang penuh
kensentrasi menjadikan peserta didik kelelahan bosan, butuh refresing dan
rekreasi. Peserta didik hendaknya diijinkan bermain, bersukaria, berbicara
bebas, bergerak-gerak untuk mengendorkan syaraf-syaraf yang kencang dan
menghindari kebosanan asalkan memiliki manfaat bagi kelangsungan dan kelancaran
aktivitas pengajaran, bisa berupa humor atau dalam bentuk lain.