Pengertian perbandingan
pendidikan yang dalam bahasa Inggris ”Comparatif Education” menurut
pengertian dasarnya adalah berarti menganalisa dua hal atau lebih untuk mencari
kesamaan kesamaan dan perbedan-perbedaannya. Dengan demikian, perbandingan
pendidikan, mengandung pengertiansebagai usaha mengnalisa dan mempelajari
secara mendalam dua hal atau lebih dari sistem pelaksanaan pendidikan, untuk
mencari dan menemukan persamaan-persamaan yang ada dari dua/lebih dalam hal
tersebut.
Saudi Arabia
merupakan negara lahirnya pendidikan agama Islam, atau lebih tepatnya dikota
Makkah tempat lahirnya Nabi Muhammad SAW. Pendidikan agama islam di ajarkan
oleh Rasul melalui tiga tahapan yang pertama secara di sembunyi, semi sembunyi dan secara langsung.
Perkembangan sistem
pendidikan di Arab Saudi awalnya, membuka sekolah untuk anak perempuan bertemu
dengan oposisi yang kuat dibeberapa bagian dari kerajaan, dimana pendidikan
nonreligius dipandang sebagai tidak berguna, jika tidak benar-benar berbahaya
untuk anak perempuan.
Bagi umat islam,
Makkah adalah pusat perkumpulnya jamaah haji setiap tahun. Selama berabad-abad
ibadah haji ini tidak sekedar berarti menjalankan kewajiban agamatetapi juga
sebagai sumber devisa negara yang terbesar di dunia, mengalahkan income hasil
kunjungan wisata negara-negara lain.
Sistem
pendidikan di suatu negara dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor: dengan
melihat sistem pemerintahannya, kondisi demografi dan potensi income negara,
filsafat pendidikan dan orientasi pendidikan suatu negara, dan lain sebagainya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Potret Sistem Pemerintahan
Arab Saudi menggunakan sistem
Kerajaan atau Monarki. Kerajaan Saudi Arabia berdiri pada tahun 1920-an. Raja
Abdul Aziz ibn Abdurrahman Al Saud dan selanjutnya diteruskan oleh
keturunannya. Kebangkitan Arab
pada abad ke-6 M telah mengirimkan orang-orang Arab dari Semenanjung Arabia
untuk menyampaikan pesan dari agama yang baru dan mengetuk pintu gerbang dua
kerajaan tetangganya, yaitu Persia dan menyatukannya dengan negara Islam yang
baru. Negara tetangga yang kedua Byzantium, mereka rebut daerah-daerah utamanya
yang tergelar di Mediterania, yaitu Syria, Mesir, dan Afrika Utara. Kemudian
mereka menyeberangi selat Gibraltar dan merebut Spanyol dan maju terus sampai
ke pegunungan Pyrenia.
Saudi Arabia
mencakup sebagian besar Semenanjung Arab. Negara ini berbatas dengan Teluk
Persia, Qatar, dan negara Persatuan Emirat Arab di sebelah timur; dengan negara
Oman dan Yaman di selatan; Laut Merah dan Teluk Aqaba di sebelah barat; dan
dengan Jordan, Iraq, dan Quait di sebelah utara.
Nama resmi negara ini adalah Kerajaan Saudi Arabia (The Kingdom
of Saudi Arabia) yang berdiri pada tahun 1932. Awal lahirnya negara ini
ketika Abdul-Azeez Ibn Abdur-Rahman al-Saud dan Sultan Najd dan pengikutnya
menyatukan kedua bagian negaranya dibawah satu administrasi dan satu nama. Kata
Saudi itu sendiri berasal dari nama rumah Saud yang berkuasa.
B.
Kondisi Demografi dan Potensi Pendapatan Negara
1.
Kondisi Demografi
Keadaan lingkungan yang keras dan
kasar, ditambah lagi dengan kurangnya gizi serta kurangnya fasilitas
pemeliharaan kesehatan, berakibat jarangnya penduduk yang tinggal pada suatu
daerah. Menurut Stacey International, selama tahun 1930-an, penduduk diperkirakan
hanya 1,5 sampai 2 juta orang. Peningkatan pendapatan dari minyak, khususnya selama tahun 1960-dan
1970-an, dan perbaikan pendidikan yang terus menerus, perbaikan gizi serta
fasilitas kesehatan, telah berdampak berkurangnya angka kematian bayi, meningkatnya
batas waktu harapan hidup dan berkurangnya emigrasi.
Dalam tahun 1991, baru ada data
statistik tidak resmi yang mencatat jumlah penduduk Saudi Arabia yaitu sekitar
16 juta orang, yang 11,5 juta(72%) merupakan warga negara, 4,5 juta (28%)
adalah pekerja tamu beserta pengikutnya. Rata-rata pertumbuhan penduduk asli
adalah 3,65% terutama melalui kelahiran, sedangkan pertumbuhan penduduk asing
4,3% terutama melalui imigrasi.Industri minyak dan pembangunan yang berhubungan
dengan pekerjaan dan proyek-proyek berdampak terjadinya proses urbanisasi yang
sangat cepat oleh penduduk desa dan oleh penduduk yang masih nomaden.
Dalam tahun 1970, kira-kira 20%
penduduk diperkirakan tinggal dan hidup di daerah-daerah metropolitan
(kota-kota yang berpenduduk lebih dari 100.000 orang), 20% di kota-kota kecil
dan 60% di daerah pedesaan. Penduduk yang sebelumnya adalah nomaden penuh (Badui)
saat yang bersamaan seluruhnya menetap. Tetap, masih ada kira-kira 2 sampai 4%
penduduk yang dianggap semi nomaden, dalam pengertian bahwa mereka tinggal di
padang pasir pada musim bunga (spring time), sementara pada waktu
bersamaan sesungguhnya mereka telah punya tempat tinggal tetap di daerah
pedesaan atau daerah perkotaan. Dalam keluarga semi nomaden, pria sering
bekerja dan tinggal di daerah tetap mereka, sementara kaum wanita besrta
anak-anak dan familinya masih tinggal di gurun pasir. Kaum prianya berkumpul
dengan keluarga mereka setiap sebulan.
2.
Potensi Pendapatan Negara
Setelah Perang Dunia II, produksi
minyak Saudi Arabia menjadi basis pendapatan negara, meskipun baru dimulai pada
tahun 1973 ketika terjadi revolusi harga minyak dunia, pembangunan nasional
Saudi Arabia mengalami peningkatan dramatis. Anggaran Pendapatan Belanja Negara
(APBN) Saudi Arabia pada tahun 1977 mencapai 40 triliun US $. Tiga tahun
kemudian, yakni pada tahun 1980, meningkat menjadi 70 triliun US $. Maka,
kontan saja ana sebesar itu mampu mengembangkan infrastuktur kota.
Pendapatan negara boleh dikatakan
sangat kecil dan terutama berasal dari bantuan luar negeri, sebelum produksi
minyak komersial di mulai tahun1938, pemasukan datang dari kaum muslimin asing
yang menunaikan ibadah haji, dan dari pajak tahunan (tithe) yang dibebankan
pada ternak serta produksi pertanian. Sebelum tahun 1938, pendapatan total
pemerintah tidak pernah melebihi US$ 5 juta setiap tahun. Pada tahun 1945,
pemerintah menerima royalti minyak pertama yang cukup besar jumlahnya,US$ 20
juta. Pendapatan dari minyak semenjak itu meroket. Pada tahun 1980, pendapatan
itu mencapai puncaknya lebih dari US$ 120 milyar.
Sepuluh
tahun kemudian, menurun kembali menjadi US$ 32 milyar, tetapi jumlah ini pun masih
1600 kali lipat dari keadaan tahun 1945. Peningkatan pendapatan ini telah
memberi dampak yangsangat fundamental pada perubahan demografis, sosial dan
ekonomi masyarakat Saudi, seperti perpindahan penduduk ke kota- kota yang cepat
sekali. Ini merupakan suatu ketergantungan pada hasil minyak yang sangat besar
sekali, yang berakibat makin berkurangnya nilai terhadap semua bentuk produksi
tradisional seperti pertanian, gembala ternak, dan penangkapan ikan.
C. Filsafat Pendidikan dan Orientasi Pendidikan
Sistem pendidikan di Arab Saudi
memisahkan antara laki-laki dan perempuan sesuai dengan syariat Islam. Pendidikan
umum dibagi menjadi 4 bagian yaitu :
1) Pra-Pendidikan Dasar
Pra- Pendidikan Dasar ini sama
dengan Pendidikan Taman Kanak-Kanak dari usia 4 – 5 tahun pendidikan ini
ditawarkan secara gratis dan bersifat sukarela. Program yang akan diberikan
pada pendidikan ini adalah program pedagogis, dan tidak terorganisir untuk
mempersiapkan diri masuk sekolah.
2) Pendidikan Dasar (primary education)
a. Sekolah Dasar
Pada
Pendidikan Dasar anak-anak mulai masuk sekolah pada usia 6 – 11 Tahun Kurikulum
atau mata pelajaran yang ada di pendidikan dasar adalah sebagai berikut :
Bahasa Arab, Pendidikan seni, Geografi, Sejarah, Ekonomi rumah (untuk anak
perempuan ), Matematika, Pendidikan Jasmani (untuk anak laki-laki), Studi islam
dan Sain. Sertifikat: shahadat Al Madaaris Al Ibtidaa'iyyah (Umum Elementary
School Certificate).
b. Sekolah Menengah.
Pada
Pendidikan Menengah anak-anak mulai masuk sekolah pada usia 12 – 14 tahun. Kurikulum
yang ada di pendidikan menengah
adalah sebagai berikut: Bahasa
Arab, Pendidikan seni, Geografi,
Sejarah, Ekonomi rumah (untuk anak perempuan), Matematika, Pendidikan Jasmani
(untuk anak laki-laki), Studi Islam dan Sain dan bahasa, Tambahannya adalah bahasa Inggris.
Sertifikat: shahadat Al-Kafa'at Al-Mutawassita (Intermediate School
Certificate)
3) Pendidikan Sekunder
Pada Pendidikan Sekunder anak-anak
mulai masuk sekolah pada usia15 – 17 tahun. Pendidikan Sekunder ini menawarkan
3 program yaitu Pendidikan Menengah
Umum, Pendidikan Menengah Agama,
Pendidikan Menengah Teknik. Pendidikan ini berlangsung selama 3 tahun.
Kurikulum Umum : Bahasa Arab, Biologi, Kimia, Bahasa Inggris, Geografi,
Sejarah, Ekonomi rumah (untuk anak perempuan), Matematika, Pendidikan Jasmani
(untuk anak laki-laki) dan pelajaran agama.
4) Perguruan Tinggi
Pendidikan ini disediakan oleh 7
universitas, beberapa perguruan tinggi untuk perempuan. Beroperasi dibawah
yurisdiksi Kementerian Pendidikan Tinggi. Universitas Islam Madinah dikelola
oleh Dewan menteri.Dalam sistem
pendidikan di Saudi Arabia dibebani tiga tujuan yaitu untuk memberikan
sekurang-kurangnya pendidikan dasar bagi seluruh penduduk, untuk mempersiapkan
murid-murid dengan berbagai keterampilan yang diperlukan untuk pengembangan
ekonomi yang terus berubah dan untuk mendidik anak-anak dalam kepercayaan,
praktek, nilai-nilai serta kebudayaan Islam.
Pendidikan di Arab Saudi ditangani
oleh dua departemen yaitu:
1) Departemen Ilmu Pengetahuan dan
Kebudayaan yang menangani Pendidikan Dasar, Menengah, baik umum maupun khusus.
2) Departemen Pengajar Tinggi yang
menangani lembaga pendidikan tinggi, baik itu dilingkungan Perguruan tinggi
Umum (PTU) maupun Perguruan Tinggi Agama (PTA).
Pada tahun 1985, total anggaran
untuk pendidikan mencapai 3.6 percent dari total anggaran belanja nasional Arab
Saudi. Setiap mahasiswa lokal maupun asing di universitas negeri mendapat
beasiswa setiap bulan dari kementerian pendidikan.
D. Kebijakan di Bidang Pendidikan Agama
Menteri pendidikan dibentuk pada
tahun 1954 menggantikan Direktotarat Jenderal Pendidikan yang semenjak tahun
1926 bertugas mengurus semua kegiatan kependidikan. Sebelum tahun 1926,
upaya-upaya pendidikan sangat terbatas pada sekolah-sekolah pengajian al-Qur’an
(kuttabs) yang mengajarkan dasar-dasar keagamaan, membaca, dan berhitung.
perdagangn dan kerajinan diajarkan melalui praktek pemagangan. Pemberian
beasiswa sangat terbatas hanya pada hal-hal yang bersifat keagamaan dan
diberikan kepada siswa-siswa yang betul-betul berbakat dari khuttab. Mereka
melanjutkan pendidikannya dalam bidang bahasa arab dan hukum-hukum islam
(shariat) dengan mengikuti kuliah kuliah yang lebih khusus pada ahli yang sudah
terkenal dalam bidang itu.
Upaya upaya untuk mengajarkan bidang
bidang ilmu yang lebih bersifat keduniaan dimulai akhir tahun 1800-an oleh para
muslim filantropis yang datang dari daerah lain. Beberapa buah sekolah semi
sekuler didiran di Al-Hijaz, propinsi barat saudi arabia. Dalam tahun1926
ketika direktorat jendral pendidikan didirikan, saudi memiliki sekitar 12 buah
sekolah jenis ini dengan jumlah siswa kira-kira 700 orang. Hampir 25 tahun
kemudian, dalam tahun 1950-1951, saudi memiliki 325 buah sekolah pemerintah dan
40 buah swasta, dengan jumlah siswa sekitar420 orang.
E.
Kebijakan di Bidang Manajemen Pendidikan Formal
1.
Otorita
Dalam tahun
ajaran 1989-1990, sekolah-sekolah di Saudi Arabia mempunyai murid 3,020,442
orang. Dari jumlah ini hampir 47% berada dibawah Kementerian Pendidikan, 39,4%
dibawah GAGE yang lainnya dikelola oleh lembaga swasta dan Kementerian lainnya.
Kementerian mendirikan sekolah dasar, menengah pertama dan menengah keatas
pria, walaupun juga menyelenggarakan
beberapa lembaga khusus. Badan Adminitrasi Umum Pendidikan Wanita (GAGE)
pada dasarnya mengelola hal yang sama dengan Kementerian Pendidikan, kecuali
GAGE juga mengelola beberapa fakultas di tingkat pendidikan tinggi.
Sebagian besar
sekolah di Saudi Arabia dijalankan dalam tiga tingkat pengelolaan: tingkat
sekolah, tingkat distrik, dan tingkat nasional. Pada tingkat sekolah, kepala
sekolah bertanggung jawab melaksanakan operasional sekolah sehari-hari, seperti
penegakan disiplin, daftar, kehadiran, registrasi, supervisi guru dan
sebagainya. Semua sekolah dalam distrik tertentu termasuk pada sebuah
direktorat distrik yang bertindak sebagai penghubung antara masing-masing
sekolah dan kementerian atau organisasi pemerintah pusat yang membawahinya.
Direktorat distrik bertanggung jawab atas penempatan guru-guru, pertikaian
antara guru dan kepala sekolah, pengaduan orang tua, logistik sekolah dan
lain-lain. Fungsi umum kantor-kantor tingkat nasional ini adalah mengangkat
personil, menetapkan kebijakan dan kurikulum, mengalokasikan dana, membuat
perencanaan, dan lain-lain.
F. Dinamika dalam Pengembangan Kurikulum
Kementerian
Pendidikan maupun GAGE sama-sama memiliki bagian kurikulum, walaupun sedikit
sekali kurikulum yang berubah semenjak pendiriannya. Kedua lembaga itu menyewa
pengarang-pengarang untuk menyiapkan buku-buku teks kemudian mencetaknya dan
membagikannya ke sekolah-sekolah. Dengan demikian terdapat kurikulum yang
seragam di seluruh Saudi Arabia.
Pengimplemetasian
kurikulum di monitor melalui berbagai cara seperti melalui kepala sekolah,
kunjungan oleh para inspektur dari kantor-kantor distrik, dan juga melalui
sistem ujian akhir yang mencakup seluruh materi yang seharusnya diajarkan pada
setiap semester. Mengenai media belajar tidak mungkin dapat diseragamkan, dan
akan berbeda antar mata pelajaran. Guru-guru mata pelajaran agama lebih
menekankan hafalan, dan jarang sekali menggunakan peralatan mengajar selain
dari papan tulis.
Bahasa Arab
merupakan bahasa pengantar mulai dari sekolah dasar sampai kelevel menengah
atas. Pada perguruan tinggi bahasa Arab menjadi bahasa pengantar. Pada bidang
seni, humanioral dan ilmu-ilmu sosial sedangkan Bahasa Inggris merupakan bahsa
pengantar pada bidang keinsinyuran, kedokteran dan ilmu-ilmu alami.
G.
Pengembangan Pendidik dan
Tenaga Kependidikan
Kecepatan perluasan pendidikan di
Saudi Arabia berakibat pada kekurangan guru, baik jumlahnya maupun kualitasnya.
Tiga kebijakan utama telah diambil oleh pemerintah untuk menanggulangi masalah
kekurangan guru ini:
1) Merekrut personil asing, kebanyakan dari
negara-negara tetangga.
2) Mempekerjakan staf pengajar dan staf
administratif Saudi yang latar belakang pendidikan keguruannya tidak memadai.
3) Membangun fasilitas pelatihan bagi
personil Saudi.
Dengan demikian, kualifikasi
personil Saudi menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. pada tahap-tahap
awal, kementrian pendidikan dan General Administration Of Girls’Education
(GAGE) sering mengangkat guru-guru yang hanya tahu membaca dan menulis. Untuk
menyediakan guru-guru dalam rangka perluasan sekolah dasar di Saudi, lembaga
pendidikan guru didirikan oleh pemerintah. Program pendidikan berlangsung
selama dua tahun dengan calon-calon siswanya tamatan dari sekolah dasar.
Lembaga ini kemudian ditingkatkan programnya menjadi tiga tahun sesudah tamatan
sekolah menengah pertama, dan inilah yang sebagian besar saat ini yang menjadi
guru-guru sekolah dasar di Saudi Arabia. Guru-guru untuk sekolah menengah
pertama dan atas pada umumnya adalah tamatan perguruan tinggi empat tahun,
walaupun ada sebagian guru-guru sekolah menengah pertama tamatan program
pendidikan guru dua tahun. dalam tahun 1989-1990 terdapat 127 lembaga
pendidikan guru pada tingkat menengah (13 untuk pria, 114 untuk wanita).
Lembaga ini menyelenggarakan
program 3 tahun dibawah tingkat pendidikan tinggi. Dalam periode yang sama
terdapat 40 lembaga pendidikan guru pada tingkat pendidikan tinggi, yang
menyelenggarakan program kebanyakan program 2 tahun, kemudian ditingkatkan
menjadi fakultas penyelenggara program pendidikan 4 tahun yang memiliki
otonomi. Diantara lembaga-lembaga ini, 22 buah melayani mahasiswa dan 18
melayani mahasiswi. Selain itu, terdapat pula 6 fakultas kependidikan dari
berbagai universitas yang melayani mahasiswa pria dan wanita, walaupun mereka
dipisahkan. Ada lagi 7 buah fakultas kependidikan yang khusus gai mahasiswa
wanita yang berada dibawah pengawasan dewan perguruan tinggi GAGE. Disamping
mempersiapkan, fakultas-fakultas seni sering juga melayani pendidikan dalam
jabatan (Inservice Training) para kepala sekolah, dan supervisor.
H. Pembiayaan Pendidikan
Semua sekolah di Saudi Arabia
pembiayaannya gratis untuk semua siswa kecuali pada sekolah-sekolah swasta yang
tergantung terutama pada pembayaran spp atau uang sekolah oleh orang tua murid.
Sebagian lembaga pendidikan seperti fakultas-fakultas, institut keagamaan, dan
institusi pendidikan teknik dan pendidikan khusus, bahkan juga memberikan biaya
hidup bulanan kepada mahasiswanya. Seperti terlihat pada daftar dibaeah ini,
pengeluaran pemerintah pada pendididkan meningkat besar sesudah tahun 1960-an
yang mencerminkan dua faktor yang saling berkaitan: pertama, peningkatan
pendapatan pemerintah dari hasil minyak dan kedua, perluasan upaya-upaya
kependidikan.
Pengeluaran pemerintah pada pendidikan dalam tahun-tahun tertentu
Years
|
Expenditure on Education (thousands of riyals)
|
Share of Total Budget (%)
|
1945
|
130
|
6.3
|
1949-1950
|
9.433
|
7.5
|
1954-1955
|
48.000
|
6.3
|
1959-1960
|
122.608
|
16.5
|
1964-1965
|
408.000
|
13
|
1969-1970
|
596.000
|
10
|
1974-1975
|
3.760.000
|
8.2
|
1979-1980
|
16.269.082
|
10.2
|
1984-1985
|
23.031.700
|
11.5
|
1989-1990
|
22.504.900
|
16
|
Walaupun pengeluaran pemerintah pada
sektor pendidikan terus meningkat setiap tahunnya, lompatan anggaran yang
sangat besar terjadi dalam tahun 1979 – 1980. Ini merefleksikan tekad
pemerintah untuk mendirikan serta memperbanyak fasilitas pendidikan pada semua
tingkat pendidikan. Sebuah terbitan pemerintah tahun 1979 menyatakan bahwa “
suatu kalkulasi kasar menunjukkan pengeluaran pemerintah lebih dari 500 real
per kepala penduduk saudi untuk pendidikan, ini berarti 4000 real per siswa
yang terdaftar pada berbagai tingkat dan jenis pendidikan”. Angka ini meningkat
hampir dua kali lipat dalam tahun 1989-1990 menjadi 7,451 riyal atau (kira-kira
US$ 2000) per siswa per tahun.
I. Politik dan Tujuan Pendidikan
Pendidikan
telah menjadi perhatian utama di Saudi Arabia semenjak unifikasi negeri ini
tahun 1932, dan khususnya semenjak tahun 1954 ketika Kementerian Pendidikan
dibentuk. Rencana pembangunan telah memformalkan maksud ini,
sasaran-sasarannya, dan menggiringnya ke arah arus pembangunan nasional. Dalam
upaya pembangunan nasional, sistem pendidikan dibebani tiga tujuan :
a.
Untuk memberikan sekurang-kurangnya pendidikan dasar bagi seluruh
penduduk
b.
Untuk dari mempersiapkan murid-murid dengan berbagai keterampilan
yang diperlukan untuk pengembangan ekonomi yang terus berubah
c.
Untuk mendidik anak-anak dalam kepercayaan, praktek, nilai-nilai
serta kebudayaan Islam.
Dewan Tertinggi
Pendidikan mempunyai tugas resmi mengkoordinasikan upaya-upaya kependidikan di
Saudi Arabia. Dewan ini terdiri dari pejabat-pejabat tinggi badan-badan utama
kependidikan di Saudi ditambah beberapa orang terkemuka. Badan-badan ini secara
administratif bersifat independen satu sama lainnya walaupun tujuan dan
fungsinya saling tergantung satu dengan yang lainnya, dan sering pula paralel.