A. Latarbelakang Masalah
Republik Afrika Selatan adalah sebuah negara di Afrika bagian selatan. Afrika Selatan
bertetangga dengan Namibia,Botswanadan Zimbabwe diutara,Mozambik dan Swazilnd di timur laut. Keseluruhan negara Lesotho terletak di pedalaman Afrika
Selatan.
Pada masa dahulu, pemerintahan negara ini
dikecam karena politik 'Apartheid'nya tetapi sekarang Afrika Selatan adalah
sebuah negara demokratis dengan penduduk kulit putih
terbesar di benua Afrika. Afrika Selatan juga
merupakan negara dengan berbagai macam bangsa dan mempunyai 11 bahasa resmi. Negara ini juga terkenal
sebagai produsen berlian, emas dan platinum yang utama di dunia.
B.
Rumusan Masalah
Dari latarbelakang masalah yang ada, maka berikut rumusan masalah
yang akan dibahas dalam makalah ini, antara lain :
1.
Bagaimana
potret system pemerintahan di Afrika Selatan ?
2.
Bagaimana
kondisi demografi dan potensi income negara di Afrika Selatan?
3.
Bagaimana
filsafat pendidikan dan orientasi pendidikan di Afrika Selatan ?
4.
Bagaimana
kebijakan di bidang pendidikan agama di Afrika Selatan?
5.
Bagaimana
kebijakan di bidang manajemen pendidikan formal di Afrika Selatan?
6.
Bagaimana
dinamika dalam pengembangan kurikulum di Afrika Selatan ?
7.
Bagaimana
pengembangan pendidik dan tenaga
kependidikan di Afrika Selatan ?
8.
Bagaimana
pembiayaan pendidikan di Afrika Selatan ?
BAB II
PEMBAHASAN
AFRIKA SELATAN
1. Potret Sistem Pemerintahan
Bentuk
pemerintahan Afrika selatan adalah Republik dengan dikepalai oleh Presiden.
Afrika Selatan menerapkan sistem politik demokrasi anti-apartheid. Bentuk
negaranya adalah kesatuan dan pemerintahan republik. Sistem pemerintahan di
Afrika Selatan adalah presidensil. Parlemen di Afrika Selatan terdiri dari dua
bagian, yaitu majelis nasional dan dewan nasional provinsi. Setiap provinsi di
Afrika Selatan mempunyai satu penggubal undang-undang negeri dan Majelis
Eksekutif yang diketahui oleh seorang Perdana Menteri atau ‘Premier”.
Kedudukan
presiden di Afrika Selatan memegang dua jabatan yaitu sebagai kepala negara dan
juga kepala pemerintahan. Ia dipilih sewaktu Majelis Nasional (National
Assembly) dan provinsi-provinsi Nasional (National Council of Provinces)
bergabung. Lazimnya, Presiden adalah pemimpin partai mayoritas di parlemen.
Kedudukan
DPR/Parlemen di Afrika Selatan terdiri dari dua bagian, yaitu Majelis Nasional
dan Dewan Nasional Provinsi. Majelis Nasional adalah majelis rendah dari
parlemen Afrika Sselatan yang terletak di Cape Town, Western Cape Provinsi.
Sedangkan Dewan Nasional Provinsi adalah dewan pemerintahan yang berada
ditingkat provinsi.
Sistem
pertanggungjawaban menteri Afrika Selatan menggunakan kabinet presidensial.
Dimana kabinet presidensial adalah suatu kabinet yang pertanggungjawaban atas
kebijaksanaan pemerintah dipegang oleh presiden. Presiden merangkap jabatan
sebagai kepala pemerintah, sehingga para menteri tidak bertanggung jawab kepada
parlemen/DPR, melainkan kepada presiden.
2. Kondisi Demografi dan Potensi Income Negara
Afrika
Selatan mempunyai iklim yang berbeda-beda. Di barat daya negara ini, iklimnya
adalah Mediterania, di kawasan
pendalaman ia beriklim sederhana, dan di timur laut iklimnya adalah subtropis.
Afrika
Selatan merupakan sebuah negara yang kaya dengan bahan tambang bernilai
seperti emas, platinum dan berlian. Bahan tambang
semula jadinya
termasuklah emas, kromium, antimoni, arang, biji besi, manganese, nikel, fosfat, biji timah, uranium, berlian, platinum, kuprum, vanadium, garam, gas asli.
Demografi
di Afrika Selatan dibagi menjadi empat kumpulan utama yaitu: orang kulit hitam,
orang kulit putih, orang berwarna (orang dari Asia atau berdarah campuran) dan
orang berbangsa India.
Kaum
yang terbesar di Afrika Selatan adalah kaum pribumi berkulit hitam yaitu 77%
jumlah penduduk di sini. Penduduk kulit hitam terdiri dari masyarakat majemuk
yang dapat diklasifikasikan kepada empat kelompok etnis berdasarkan kepada
bahasa masing-masing. Kelompok yang terbesar yaitu 50% penduduk Afrika di sini
adalah yang berbahasa
Nguni termasuk bangsa
Ndebele,
Swazi,
Xhosa dan
Zulu. Kelompok yang kedua terbesar adalah yang
berbahasa
Sotho-Tswana, termasuk beberapa bangsa
Sotho,
Pedi, dan
Tswana dan merupakan mayoritas di kebanyakan kawasan
Highveld. Dua kelompok yang terakhir adalah
Tsonga, atau Shangaan, yang tertumpu di Utara dan
wilayah
Mpumalanga, dan
Venda, yang juga tertumpu di wilayah utara Afrika
Selatan.
Kaum
kulit putih terdiri dari 11% penduduk di sini, yang berbangsa
Belanda,
Perancis,
Inggris dan
Jerman. Kebanyakan
orang Eropa di negara ini adalah keturunan penjelajah-penjelajah awal di koloni
Cape. Terdapat juga kelompok minoritas
Portugis — kelompok pertama dari keturunan penjelajah
Eropa yang awal, manakala kelompok kedua keturunan
budak Belanda yang datang dari
Indonesia.
9% dari
penduduk Afrika Selatan terdiri dari bangsa berwarna atau
coloured. Bangsa ini termasuk
kelompok yang kawin campur dan juga pendatang
Asia, yang dibawa masuk untuk bekerja sebagai kuli
di
Natal. Manakala, 3% lagi terdiri dari bangsa India
yang berasal dari pedagang-pedagang
India.
c. Potensi Income Negara
Afrika
Selatan adalah sebuah negara maju dengan penduduk yang berpendapatan sederhana.
Negara ini kaya dengan bahan tambang terutamanya bahan tambang bernilai tinggi
seperti emas, platinum dan
berlian. Ia juga mempunyai sistem
keuangan,
perundangan,
telekomunikasi,
energi,
infrastruktur yang maju dan modern
. Bursa sahamnya di
Johannesburg begitu aktif hingga pernah berada di urutan
ke-10 terbesar di dunia.
Sejak
kedatangan
Inggris di sana, ekonomi negara bergantung kepada
sektor
pertambangan. Tetapi
beberapa dasawarsa yang lalu, kegiatan tersebut telah digantikan oleh sektor
produksi. Sektor
industri Afrika Selatan yang sangat maju, dan merupakan ekonomi ke-25 terbesar
di dunia. Dengan hanya 7% penduduk dan 4% jumlah kawasan keseluruhan Afrika,
Afrika Selatan mengeluarkan lebih sepertiga
produk dan
jasa di Afrika, dan hampir 40 % pengeluaran
industri di Afrika. Bahan komoditas yang diekspor: alat-alat mesin, makanan dan
peralatan, bahan
kimia,
produk petroliam dan peralatan ilmiah
3. Filsafat Pendidikan dan Orientasi Pendidikan
Di
Afrika Selatan, masa persekolahan adalah selama 13 tahun - atau tingkat. Namun,
tahun pertama pendidikan atau tingkat 0 dan tiga tahun terakhir yaitu dari
tingkat 10 hingga tingkat 12 (juga dipanggil "matric") tidak
diwajibkan. Kebanyakan sekolah dasar menawarkan tingkat 0. Tetapi tingkat ini
dapat juga dibuat di
TK. Lazimnya untuk memasuki
universitas,
seseorang wajib lulus "matric" dengan minimum tiga mata pelajaran
tingkat tinggi dan bukan sekadar lulus (standar). Malah beberapa
universitas prestisius akan mengenakan syarat akademik yang
lebih tinggi. Walaupun begitu, mereka yang lulus "National Senior
Certificate" layak untuk belajar di "
technikon" atau kampus teknikal.
Di bawah
sistem apartheid, sistem pendidikannya dirangka berdasarkan warna kulit yaitu
kementerian yang berbeda untuk pelajar kulit putih, berwarna, Asia, dan kaum
kulit hitam di luar
Bantustan.
Pengasingan ini telah menghasilkan 14 kementerian pendidikan yang berbeda di
negara ini.
Penstrukturan
sistem pendidikan selepas era-apartheid merupakan tantangan yang besar bagi
pemerintahan negara ini. Pemerintahan baru telah membentuk suatu
sistem
pendidikan nasional tanpa diskriminasi kaum tetapi
menggabungkan 14 kementerian pendidikan merupakan tugas yang sukar. Oleh karena
itu pada Februari 1996, Kementerian Pendidikan telah meluncurkan suatu
kurikulum baru yang dinamakan "Curriculum
2005". Kurikulum ini yang akan menggantikan dasar pendidikan berdasarkan
apartheid, akan memberi tumpuan kepada hasilnya yaitu pelajar akan menjadi
lebih proaktif dalam lingkungan di sekitarnya dan juga di dalam masyarakat.
Untuk mencapai obyektif ini, pada 1999 pemerintahan telah menyediakan 5,7
persen
anggaran
belanja untuk sektor pendidikan termasuk membangun
2.000 sekolah-sekolah baru, 65.000 ruang kelas yang baru dan beralatan lengkap,
60.000 guru-guru yang terlatih dan 50 juta buku teks yang dicetak.
Pada
2004, Afrika Selatan mempunyai 366.000
guru dan hampir 28.000 sekolah-sekolah -termasuk 390
sekolah khusus dan 1.000
sekolah
swasta. Dari jumlah ini, 6.000 adalah sekolah tinggi
(tingkat 7 hingga tingkat 12) dan selebihnya adalah sekolah dasar (tingkat 1
hingga tingkat 6).
Afrika
Selatan juga mempunyai suatu sistem
pendidikan
tinggi yang maju, yang juga dipisahkan mengikut ras
sewaktu era apartheid. Pada 1995 terdapat 385.000 pelajar yang belajar di 21
universitas dan 190.000 pelajar di "
technikon" (institut teknikal atau vokasional).
Hampir 37 persen adalah dari golongan kulit putih. Tetapi sejak 1994,
penyertaan pelajar kulit hitam di universitas-universitas yang dikhususkan
untuk pelajar kulit putih telah bertambah secara mendadak.
4.
Kebijakan
di bidang pendidikan agama
Afrika
Selatan , mengajar dan belajar tentang agama di sekolah umum adalah berubah
dengan cepat , bidang pendidikan menarik . Afrika Selatan beruntung memiliki
sebuah konstitusi , Departemen Pendidikan , dan Menteri Pendidikan , Profesor
Kader Asmal , jelas berkomitmen untuk memajukan hak asasi manusia . Oleh karena
itu , sebagai masalah prinsip , setiap kebijakan yang berkaitan dengan agama
dalam pendidikan sekolah harus konsisten dengan nilai-nilai konstitusi dan
keharusan sosial membangun budaya hak asasi manusia di pasca - apartheid Afrika
Selatan . Pendidikan tentang agama , dalam konteks ini , sedang diupayakan
dalam kerangka hak asasi manusia .
Sehubungan dengan agama , kebijakan pemerintah secara umum telah mengadopsi "model koperasi " untuk hubungan antara banyak agama dan negara , bukan pengaturan berdasarkan pembentukan teokratis , antagonisme anti - agama , atau pemisahan yang ketat. Dengan menandai acara-acara publik utama dengan doa dari tradisi agama yang berbeda , pemerintah telah mengakui potensi untuk banyak agama dari negara untuk bekerja sama dalam membangun satu , bersatu negara Afrika Selatan . Dalam pendidikan publik , namun , Departemen Pendidikan telah membuat perbedaan yang berprinsip antara berbagai kepentingan keagamaan , yang terbaik dilayani oleh rumah , keluarga , dan komunitas agama , dan kepentingan umum nasional di bidang pendidikan tentang agama , agama , dan keragaman agama di Afrika Selatan . Pembagian kerja tercermin dalam Laporan Kurikulum Revisi Nasional yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan selama tahun 2002 :
Pendidikan Agama bersandar pada pembagian tanggung jawab antara negara di satu sisi dan badan keagamaan dan orang tua di sisi lain . Pendidikan Agama , oleh karena itu, memiliki kewarganegaraan daripada fungsi agama , dan mempromosikan hak-hak dan tanggung jawab sipil . Dalam konteks Konstitusi Afrika Selatan , Pendidikan Agama kontribusi untuk kerangka yang lebih luas pendidikan akan berkembang di setiap pelajar pengetahuan , nilai-nilai , sikap dan keterampilan yang diperlukan untuk beragam agama untuk hidup berdampingan dalam masyarakat multi- agama . Individu akan menyadari bahwa mereka adalah bagian dari masyarakat yang lebih luas , dan akan belajar untuk melihat identitas mereka sendiri selaras dengan orang lain . ( Departemen Pendidikan 2002a ; 2002b ) .
Istilah "pendidikan agama" dapat ditemukan dalam sejarah Afrika Selatan khas perlawanan, pengasingan, dan kembali. Basil Moore, yang berperan penting dalam publikasi koleksi pertama esai dalam teologi hitam (Moore, 1973), pergi ke pengasingan, belajar di Inggris, dan akhirnya menjadi Profesor Pengembangan Kurikulum di University of South Australia, di mana ia mengembangkan pedoman "pendidikan agama" (Moore, 1991; Moore dan Habel, 1982). Kembali untuk kunjungan diperpanjang ke Afrika Selatan pada awal 1990-an, Basil Moore diperpanjang kontak agamanya dengan teolog hitam tapi dia juga memperkenalkan karyanya pada "pendidikan agama" untuk banyak pendidik Afrika Selatan. Kebijakan baru dari Departemen Pendidikan mengingat perbedaan berprinsip Basil Moore antara kepentingan agama "pendidikan agama" dan tujuan pendidikan "pendidikan agama." Mengadopsi kebijakan pendidikan agama, daripada terus kebijakan sebelumnya pengajaran agama, Departemen Pendidikan telah menekankan hasil pendidikan, serta manfaat sosial, dalam mengajar dan belajar tentang agama, agama, dan keragaman agama.
5.
Kebijakan
di bidang manajemen pendidikan formal
Jenjang pendidikan formal di Afrika Selatan terdiri dari :
· General Education and Training (GET)
· Further Education and Training (FET)
· Higher Education and Training (HET)
Selain secara formal pendidikan di Afrika Selatan juga
mengembangkan pendidikan usia dini yang disebut Early Chilhood
Development, pendidikan untuk orang dewasa yang disebut Adult Basic
Education and Training, dan pendidikan untuk peserta didik yang memiliki
masalah khusus yang disebut Education of Learners with Special Education
Needs.
General Education and Training (GET) merupakan jenjang
pendidikan dasar. Jenjang pendidikan ini dimulai dari grade R
sampai grade 9.Grade R disebut
juga grade 0. Grade 1 sampai 6 disebut primary school, sedangkan grade 7
sampai 9 disebut Secondary School. Di Indonesia juga dimulai dari
kelas 0 sampai kelas 9, atau sama dengan TK, SD dan SMP. Selain
mengenal grade, di Afrika Selatan juga
mengenal phase.Grade R sampai 3 disebut Foundation
Phase, Grade 4 sampai 6 disebutIntermediate Phase,
sedangkan grade 7 sampai 9 disebut Senior
Phasedan grade 10 sampai 12 disebut advance phase.
Adanya phase ini sebetulnya hanya untuk membedakan isi materi
pelajaran dan strategi pembelajaran yang berkaitan dengan psikologi
perkembangan siswa saja.
Grade merupakan
kelas dalam suatu sekolah di Afrika Selatan.
Further Education and Training (FET) merupakan jenjang
pendidikan menengah. Jenjang ini dimulai dari grade 10 sampai grade 12 yang
disebut Senior School atau disebut juga matric atau
sama dengan SMA di Indonesia. Seorang siswa yang ingin melanjutkan ke perguruan
tinggi terlebih dahulu harus lulus ujian matric yaitu ujian yang dilakukan
secara nasional terhadap tiga mata pelajaran yang telah ditentukan.
Higher
Education and Training (HET) adalah jenjang pendidikan tinggi yang berupa
diploma, sarjana, pasca sarjana dan post doctoral. Di Indonesia lebih
dikenal S0, S1, S2, S3 dan post doctoral.
Mata pelajaran yang diberikan pada setiap jenjang sudah tentu
berbeda baik nama maupun isi mata pelajaran tersebut. Pada
jenjang GET mata pelajarannya terdiri dari delapan mata pelajaran
yaitu seperti berikut ini.
1. Arts and Culture.
2. Economic and Management Sciences
3. Languages
4. Life Orientation.
5. Mathematics.
6. Natural Sciences.
7. Social Sciences.
8. Technology
Mata pelajaran pada jenjang FET adalah sebagai berikut.
Accounting. ,
Geography, Agricultural Management Practices, History, Agricultural
Sciences, Hospitally Studies, Agricultural
Technology, Information Technology, Business
Studies, Languages,
Civil Technology, Life Orientation, Computer
Applications Technology, Life Sciences, Consumer
Studies, Mathematical Literacy, Dances Studies, Mathematics.
Design. Mechanical Technology, Dramatic Arts, Music, Economics, Physical Sciences, Electrical Technology, Religion
Studies, Engineering Graphics Design, Tourism,Visual
Arts.
Mata Pelajaran pada jenjang HET disesuaikan dengan
program studi atau fakultas masing-masing perguruan tinggi sesuai dengan
kurikulum yang berlaku.
6. Dinamika dalam Pengembangan
Kurikulum di Afrika Selatan
Kurikulum
2005 ini beberapa tahun kemudian tepatnya tahun 2007 mengalami revisi yang
disebut Revised National Curriculum Statement (RNCS). Sehubungan
dengan perubahan kurikulum tersebut, tentu terdapat alasan-alasan yang
melatarbelakanginya atau prinsip-prinsip yang terkandung atau yang dinginkan
oleh kurikulum tersebut.
Curriculum
2005 (Afsel) mempunyai tujuan seperti yang dikemukakan oleh Pemerintah
Afrika Selatan dalam Website nya sebagai berikut : The National Curriculum Statement (NCS) aims to
develop the full potential of all learners as citizens of a
democtaric South Africa. It seeks to create a lifelong learner who is
confident and independent: literate, numerate and mutiskilled; and
compassionate, with respect for the invirenment and the ability to participate
in society as a ctritical and active citizen.
Kurikulum
nasional bertujuan untuk mengembangkan semua potensi peserta didik sebagai
warga negara Afrika Selatan yang demokrasi. Kurikulum ini mencari dan
menciptakan suatu peserta didik sepanjang hayat yang percaya diri dan mandiri
yaitu melek huruf , melek angka, dan kecakapan majemuk serta keprihatinan,
dengan tanggap terhadap lingkungan dan kecakapan berpartisipasi dalam kehidupan
sosial sebagai warga negara yang aktif dan kritis). Sedangkan kurikulum
hasil revisi (The Revised National Curriculum Statement)
mempunyai prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Social
tranformation (transformasi
sosial)
b. Outcomes
based education (pendidikan
berbasis lulusan)
c. High
knowledge and high skills (pengetahuan
dan keterampilan yang tinggi)
d. Intergration
and applied competence (kompetensi
yang dapat diterapkan dan terintegrasi
e. Progression
(meningkat/ maju)
f. Articulation
and portability (berkesinambungan
)
g. Human
right, inclusivity,environmental and social justice (hak azazi manusia, menyeluruh,
lingkungan, dan keadilan sosial)
h. Valuing
indigenous knowledge systems (Penilaian
sistem pengetahuan murni )
i. Credibility,
quality and effisiency (dapat
dipercaya, berkualitas dan tepat waktu)
7. Pengembangan Pendidikan dan Tenaga Pendidikan
Pendidikan
berbasis hasil /lulusan Pendidikan berbasis lulusan (OBE) menjadi dasar
kurikulum yang berusaha sedapat Mengembangkan potensi peserta didik
dengan mencapai hasil belajar yang maksimal dengan menetapkan hasil belajar
yang ingin dicapai pada akhir proses belajar mereka. OBE mendorong pendekatan
berpusat pada peserta didik dan berbasis aktivitas pendidikan. Kurikulum
Nasional menyatakan bahwa lulusan kelas 10 – 12 adalah mampu bersikap
kritis dan memiliki mental pembangunan. Hal ini dikembangkan melalui proses
pendidikan yang demokratis. Dengan demikian lulusan harus dapat :
■ Mengidentifikasi dan memecahkan masalah dan
membuat keputusan menggunakan pemikiran kritis dan kreatif;
■ Bekerja secara efektif dengan orang lain sebagai
anggota tim, kelompok, organisasi dan masyarakat;
■ Mengatur dan mengelola diri mereka sendiri dan
kegiatan mereka secara bertanggung jawab dan efektif;
■ Mengumpulkan, menganalisis, mengatur dan
mengevaluasi secara kritis informasi;
■ Berkomunikasi secara efektif menggunakan
keterampilan visual, simbolik dan / atau bahasa dalam
berbagai modus; – penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi secara efektif dan
kritis menunjukkan tanggung jawab terhadap lingkungan dan kesehatan orang lain;
dan – menunjukkan pemahaman dunia sebagai seperangkat sistem yang terkait
dengan pemecahan masalah dengan terbuka.
Pembangunan membutuhkan lulusan peserta didik untuk
dapat:
■ Merefleksikan dan mengeksplorasi berbagai strategi
untuk belajar lebih efektif;
■Berpartisipasi sebagai warga negara yang bertanggung
jawab dalam kehidupan lokal, masyarakat nasional dan global;
■ Secara budaya dan estetis sensitif di berbagai konteks
sosial;
■ Mengeksplorasi
pendidikan dan peluang karir; dan
■ mengembangkan peluang kewirausahaan.
Pada tahun 1960 , teori kecerdasan ganda memaksa pendidik
untuk mengakui bahwa ada banyak cara untuk memproses informasi untuk memahami
dunia. Sampai saat dunia Barat hanya menghargai kemampuan orang yang menguasai
linguistic tertentu, dan matematis maka ia dihargai sebagai orang-orang ‘
cerdas’ Sekarang orang mengakui keanekaragaman sistem pengetahuan melalui
pemahaman dimana mereka tinggal . Sistem pengetahuan adat dalam konteks Afrika
Selatan mengacu pada tubuh pengetahuan tertanam dalam pemikiran filsafat Afrika
dan praktik sosial yang telah berevolusi selama ribuan tahun . Pada Kurikulum
kelas 10 – 12 ( Umum ) ditanamkan sistem pengetahuan adat. Ini adalah sebuah
pengakuan terhadap
kekayaan sejarah dan warisan negeri ini sebagai kontributor penting untuk
memelihara nilai-nilai yang terkandung dalam konstitusi. Beberapa perspektif
yang berbeda mungkin telah dimasukkan untuk membantu memecahkan masalah di
segala bidang .
Kredibilitas,
kualitas dan efisiensi Kurikulum 10 – 12 (Umum) bertujuan untuk mencapai
kredibilitas melalui agenda transformasional dan melalui penyediaan pendidikan
yang sebanding dengan kualitas, keluasan dan kedalaman dengan negara-negara
lain. Jaminan kualitas yang akan diatur oleh persyaratan Kualifikasi Afrika
Selatan Act Authority (UU 58 Tahun 1995), Pendidikan dan Pelatihan Peraturan
Jaminan Mutu, dan Umum dan Pendidikan Lanjutan dan Pelatihan Jaminan Qualitas
Act (UU 58 Tahun 2001).
8.
Pembiayaan pendidikan
Biaya pendidikan di Afrika Selatan cukup tinggi. Dari 300 negara
yang disurvei lembaga survei Xpatulator pada tahun 2011, Johannesburg adalah
kota dengan biaya tertinggi ke-45 di dunia dan Cape Town adalah kota dengan
biaya tertinggi ke-68. Banyak fasilitas pendidikan yang sangat baik untuk
dipilih di Afrika Selatan. Namun ada perbedaan besar dalam biaya yang
ditawarkan lembaga swasta dan lembaga pemerintah.
Biaya kuliah di Afrika Selatan
bervariasi tergantung pada universitas. Tapi, untuk memberikan gambaran biaya
perkiraan, biaya untuk mahasiswa internasional pada tahun 2014 di University of
Cape Town yang mempunyai peringkat tertinggi Afrika Selatan adalah:
- R22,200 (Rp 24,557,680.82) ditambah biaya administrasi SADC
R3,000 (Rp 3,318,605.52) bagi mahasiswa dari negara Komunitas Pengembangan
Afrika Selatan (SADC) dan mahasiswa Afrika non-Selatan yang tidak memiliki
tempat tinggal permanen tetapi membayar biaya lokal
- R70,000 (Rp 77,434,128.71) untuk mahasiswa internasional waktu
penuh
- R45,000 (Rp 49,779,082.74) untuk mahasiswa pasca-sarjana
internasional waktu penuh (untuk kuliah dan modul disertasi)
- R3,275 (Rp 3,622,811.02) untuk mahasiswa pasca-sarjana
internasional yang mengambil disertasi saja atau mengambil gelar PhD .
Banyak fasilitas pendidikan yang
sangat baik untuk dipilih di Afrika Selatan. Namun ada perbedaan besar dalam
biaya yang ditawarkan lembaga swasta dan lembaga pemerintah. Banyak universitas
di Afrika Selatan menawarkan program beasiswa berdasarkan prestasi akademis dan
kebutuhan keuangan untuk gelar S2 dan S3.
Sewa Per Bulan:
Apartemen (1 kamar tidur) di Pusat Kota Rp 5,009,225.37
Apartemen (1 kamar tidur) luar Pusat Kota Rp 3,991,986.98
Apartemen (3 kamar tidur) di Pusat Kota Rp 10,392,626.13
Apartemen (3 kamar tidur) luar Pusat Kota Rp 8,324,137.30
BAB III
PENUTUP
Bentuk pemerintahan Afrika
selatan adalah Republik dengan dikepalai oleh Presiden. Sistem pemerintahan di
Afrika Selatan adalah presidensil. Demografi di Afrika Selatan dibagi menjadi
empat kumpulan utama yaitu: orang kulit hitam, orang kulit putih, orang
berwarna (orang dari Asia atau berdarah campuran) dan orang berbangsa India. Di Afrika Selatan, masa persekolahan adalah
selama 13 tahun - atau tingkat.
Kebijakan
pemerintah secara umum telah mengadopsi "model koperasi " untuk
hubungan antara banyak agama dan negara , bukan pengaturan berdasarkan
pembentukan teokratis , antagonisme anti - agama , atau pemisahan yang ketat.sedangkan
jenjang pendidikan formal di Afrika Selatan terdiri dari 3 tingkat.
Adapun biaya pendidikan di Afrika Selatan tergolong cukup
mahal.
DAFTAR PUSTAKA