PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini peradaban manusia dihadapkan
pada perkembangan teknologi yang semakin menuju kearah puncak kemajuan.
Munculnya berbagai inovasi-inovasi teknologi dalam berbagai bidang di
berbagai negara merupakan indikator dari
adanya kemajuan tersebut. Indikator kemajuan
tersebut tidak bisa dilepaskan dari sumber
daya manusia yang unggul dan sistem pendidikan yang berkembang di negara itu
sendiri. Manusia yang unggul akan melahirkan karya-karya yang inovatif,
sedangkan sistem pendidikan dikembangkan
untuk membentuk input manusia biasa menjadi output manusia yang
unggul, baik dalam hal intelektual maupun emosional. Sistem pendidikan tersebut diterapkan oleh pemerintah
di suatu negara dan dievaluasi secara dinamis demi terwujudnya tujuan
pendidikan nasional yang mengacu pada falsafah negara itu sendiri guna
mewujudkan manusia-manusia (output) yang unggul dan berkualitas di era
global. Diantara negara yang dianggap berhasil mencetak output yang
unggul adalah negara Inggris. Berikut ini akan dibahas mengenai potret sistem
pendidikan di Inggris dimulai dari kurikulum, kebijakan-kebijakan pendidikan,
dan lain sebagainya yang dapat dijadikan sebagai pembanding terhadap potret sistem pendidikan yang
diterapkan di Indonesia sekarang ini sehingga diharapkan dapat memberikan
konstribusi terhadap perkembangan pendidikan di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka perlu
dilakukan perumusan masalah untuk membatasi lingkup kajian dalam makalah ini.
Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut :
1.
Bagaimana Potret Sistem Pemerintahan di Inggris?
2.
Bagaimana Kondisi Demografi dan Potensi Income di Inggris?
3.
Bagaimana Filsafat
Pendidikan dan Orientasi Pendidikan di Inggris?
4.
Bagaimana Kebijakan di Bidang Pendidikan Agama di Inggris?
5.
Bagaimana Kebijakan di
Bidang Manajemen Pendidikan Formal di Inggris?
6.
Bagaimana Dinamika dalam Pengembangan Kurikulum di Inggris?
7.
Bagaimana Pengembangan Pendidik dan Tenaga Kependidikan di
Inggris?
8.
Bagaimana Pembiayaan Pendidikan di Inggris?
PEMBAHASAN
A.
Potret Sistem Pemerintahan di Inggris.
Pemakaian nama Inggris dalam pengertian
negara kadang dapat membinggungkan karena kata itu merupakan terjemahan dari
kata “England”, sedangkan England hanya merupakan salah satu bagian saja dari “The
United Kingdom of Great Britain” yang lazim disingkat UK.
Inggris adalah negara bagian terbesar dan terpadat penduduknya dari
negara-negara
bagian lain yang membentuk menjadi satu dalam Persatuan Kerajaan Britania Raya (United
Kingdom of Great Britain). Selain Inggris dalam Britania Raya tersebut
terdapat pula negara lain yaitu : Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara,
sehingga seringkali nama Inggris disamakan dengan keseluruhan negara tersebut
atau disamakan dengan United Kingdom (UK)
UK adalah negara dengan system demokrasi parlementer.
Pemerintahan pada dasarnya dibentuk melalui partai politik yang memanangkan
dukungan mayoritas di parlemen, khususnya di House of Commons. Sudah sukup lama
partai besar yaitu Partai Buruh (Labour Party) dan Partai Konservatif (Conservative
Party) secara bergantian memenagkan pemilihan dan memimpin pemerintah.
Perdana menteri biasanya adalah pimpinan partai yang menang dalam pemilihan,
dan bertanggung jawab membentuk cabinet. Menteri negara urusan pendidikan dan
ilmu pengetahuan sebagai pimpinan politik Departemen Pendidikan dan Ilmu
Pengetahuan adalah menteri cabinet yang bertanggung jawab atas pendidikan di England,
dan atas perguruan tinggi di seluruh Britania Raya (Great Britanian) –
England, Wales, Scotland, dan Nothern Ireland).
Sebagai bagian dari Britania Raya,
sistem politik dasar bagi Inggris adalah monarki
konstitusional dan sistem parlementer. Inggris tidak memiliki
pemerintahan sendiri sejak tahun 1707. Berdasarkan Undang-Undang Kesatuan 1707,
Inggris dan Skotlandia bersatu menjadi Kerajaan Britania
Raya.
Sebelum penyatuan tersebut, Inggris diperintah oleh monarki dan Parlemen Inggris. Saat ini, Inggris diatur langsung
oleh Parlemen Britania
Raya,
meskipun negara-negara Britania lainnya diserahi pemerintahan sendiri
(devolusi). Pada House of Commons, yaitu Majelis Rendah dalam Parlemen Britania Raya,
terdapat 532 dari total 650 anggota Parlemen (MP) yang mewakili konstituensi
Inggris
Sebagai
konsekuensi atas keanggotaan Britania Raya di Uni Eropa, pemilu untuk menentukan siapa
wakil Britania yang akan dikirim sebagai anggota Parlemen Eropa juga diselenggarakan secara
regional di Inggris. Dalam pemilihan umum Parlemen Eropa 2009, hasil dari pemilu di region-region
di Inggris untuk anggota Parlemen Eropa adalah sebagai berikut: 23 dari
Konservatif, 10 dari Partai Kemerdekaan, 10 dari Liberal Demokratik, dua dari Partai Hijau, dan dua dari Partai Nasional Britania
B.
Kondisi Demografi dan Potensi Income di Inggris.
Secara geografis, wilayah Inggris meliputi 2/3 dari
Britania yang berbatasan dengan Skotlandia di sebelah utara dan berbatasan dengan Wales di sebelah barat,
serta dengan Perancis di sebelah selatan yang dipisahkan oleh selat Inggris.
Letak astronomis negara Inggris berada pada posisi 50o – 61o
LU dan 11o – 15o BB dengan luas wilayahnya 130.395km2,
dan sampai tahun 2006 jumlah penduduknya sebesar 58.716.581 orang. Negara ini
pernah beberapa kali dikuasai oleh bangsa-bangsa lain dan orang yang
mempersatukan bangsa Inggris sejak abad ke-9 adalah Egbert dari Wessex.
Inggris
yang merupakan salah satu Negara yang ekonominya paling kuat,
produk domestic bruto (PDB) berada di urutan terdepan di
negara-negara Eropa.
Pada tahun 2002, ekonomi Inggris
nomor 4 terbesar di dunia, adalah negara investor nomor 2 terbesar di dunia.
Perusahaan swasta adalah soko guru ekonomi Inggris yang mengambil 60 persen
dalam PDBnya. Sumber daya Inggris cukup kaya di negara-negara Uni Eropa. Inggris adalah negara produk minyak bumi dan
gas alam yang utama di dunia. Sumber dayanya terutama adalah batu bara, minyak
bumi, gas alam, tenaga atom dan tenaga air.
C.
Filsafat Pendidikan dan Orientasi Pendidikan di Inggris.
Perjalanan panjang menuju nalar
modern yang digagas oleh filosof Inggris
untuk memajukan pendidikannya dapat ditelusuri seperti dalam artikel “Modernity versus postmodernity”, Jurgan
Habermas menjelaskan istilah “moderen” adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menyebut era baru (New age), yang berfungsi untuk membedakan dengan masa
lalu (the ancient).
Artinya modern itu
tidak semata-mata hanya ditandai dengan munculnya renaissance atau enlightenment, tetapi itu yang memulai, di Negara
Eropa Prancis, Inggris, dan Jerman. Bertrand Russel mengungkapkan ada dua hal
yang terpenting yang menandai sejarah pendidikan modern di Inggris atau di
Eropa, yakni runtuhnya otoritas gereja dan menguatnya otoritas sains
(rasional).
Ada beberapa tesis yang bisa diambil untuk
memahami peristiwa kemajuan revolusi ilmiah di Inggris. Revolusi ilmiah selalu dikaitkan dengan proses sekulerisasi atau tercabutnya
kekuasaan agama dalam sistem sosial politik yang memungkinkan sains lepas
dari institusi agama. Di Eropa demikian juga di Inggris telah tercatat dalam sejarah pada Abad ke-16 dan 17, ketika itu era Renaissance, agama sebagai institusi yang sangat dominan dan hegemoni di eropa dikala itu mengalami perubahan radikal dalam posisinya sebagai pemegang otoritas penuh
segala bentuk kebenaran. Tetapi lepasnya
sains dari otoritas agama tidak menjadikan independensi.
Disisi lain, dalam hal perkembangan pengetahuan
sekuler dan skeptisme sudah menjadi
landasan tradisional ilmu pengetahuan , wacana ilmu pengetahuan yang menjadi
topik utama pada zaman kebangkitan
pendidikan filsafat di Inggris dan
secara umum di Eropa. Pada abad ke-17
topik utama adalah persoalan epistimologi.
Pernyataan pokok dalam bidang epistimologi adalah
bagaimana manusia memperoleh pengetahuan
yang benar ? serta apa yang dimaksud dengan “kebenaran itu”? untuk menjawab
pernyataan-pernyataan itu, maka dalam filsafat zaman awal kemajuan inggris
yakni pada abad ke-17 munculah aliran filsafat yang memberikan jawaban
berbeda, bahkan saling bertentangan. Aliran tersebut adalah aliran Empirisme dan
Rasionalisme
Menurut William, bahwa nalar pendidikan di inggris didasari yang bernama sistem pengetahuan rasional, empirisme dan positivisme. William melanjutkan dan menguraikan dari dasar filosofis epistimologis
pendidikan di Inggris (Eropa), yaitu Empirisme, Bahafiorisme (filosofis), Empirisme (filosofis), Empirisme
biologis, Pragmatisme, Instrumentalisme, Eksperimentalisme, Hidonisme piskologis, Reinforcement, Relativisme Budaya,
Demokrasi sosial, Subjektivisme
Substansial, liberasionisme,
liberalisme pendidikan.
Kemudian
Wiliam mengungkapkan juga pokok liberelisme pendidikan yang terjadi diInggris :
- Seluruh hasil
kegiatan belajar adalah pengetahuan
melalui pengamalan personal
- Seluruh hasil kegiatan
belajar bersifat subjektif dan selektif.
- Seluruh hasil kegiatan
belajar berakar pada keterlibatan pengertian indrawi.
- Seluruh hasil –hasil belajar didaari oleh proses pemecahan masalah secara aktif dalam pola” coba
benar-salah” atau (trial and eror)
- Cara belajar yang baik
diatur oleh perintah-perintah eksperimantal yang bercirikan metode ilmiah
- Pengetahuan yang terbaik
adalah yang paling selaras dengan
(atau mungkin derdasarkan)
pembuktian ilmiuah yang dianggap benar sebelumnya
- Kegiatan belajar
diarahkan dan dikendalikan oleh
konsekuensi –konsekuensi emosional dari perilaku
- Sifat-sifat hakiki dan isi pengetahuan social mengarahkan
dan mengendalikan sifat-sifat haiki dan isi pengalaman personal
- Penyelidikan kritis yang
mempunyai arti penting hanya bisa berlangsung dalam masyarakat yang demoratis dan
memiliki komitmen terhadap ungkapan
umum pemikiran dan perasaan individual.
Orientasi pada sekolah (pendidikan)
di Inggris adalah sebagai berikut sebagaimana tertera dalam dokumen pemerintah
tahun 1977 (oleh Sekretaris Negara untuk Urusan Pendidikan dan Ilmu
Pengetahuan) :
1.
Membantu
anak mengembangkan pikiran dan rasa ingin tahu.
2.
Menghargai
nilai-nilai moral dan toleransi.
3.
Memahami
dunia tempat kita tinggal dan saling ketergantungan antar bangsa.
4.
Menggunakan
bahasa dengan efektif dan imaginatif dalam membaca, menulis, dan berbicara.
5.
Menghargai
negara dalam mempertahankan standar kehidupan.
6.
Memberikan
basis pengetahuan matematis, ilmiah, dan teknik.
7.
Mengajar
anak tentang keberhasilan manusia dalam seni dan ilmu pengetahuan, agama, dan
pencarian tatanan masyarakat yang lebih berkeadilan.
8.
Mendorong
perkembangan anak-anak.
Sedangkan orientasi sistem pendidikan
tinggi di Inggris oleh pemerintah diharapkan memegang tiga peranan, yakni
pengembangan ilmu, mengaplikasikannnya pada masalah-masalah yang sedang
dihadapi, dan mendidik SDM yang berketerampilan tinggi. Ditambah yang keempat
yakni pemutakhiran ilmu pengetahuan bagi orang-orang dewasa.
D.
Kebijakan di Bidang Pendidikan Agama di Inggris.
Pendidikan Agama (Religious
Education) adalah mata pelajaran wajib dalam sistem pendidikan negara di
Inggris. Sekolah diminta untuk mengajarkan program studi agama sesuai dengan
pedoman lokal dan nasional.
Pendidikan agama di
Inggris diamanatkan oleh Undang-Undang Pendidikan 1944 sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Reformasi Pendidikan 1988 dan Standar Sekolah dan Kerangka
Undang-Undang 1998. Pemberian Pendidikan Agama adalah wajib di semua sekolah
yang didanai negara, akan tetapi tidak wajib bagi setiap anak-anak untuk
mengambil subjek (mata pelajaran). Subjek terdiri dari studi agama-agama,
pemimpin agama, dan tema agama dan moral yang berbeda. Namun, kurikulum yang
dipakai didominasi dari agama Kristen dalam kehidupan beragama dan karenanya agama
Kristen merupakan mayoritas isi subjek. Semua orang tua memiliki hak untuk
menarik anak dari pendidikan agama, yang sekolah harus menyetujui.
E.
Kebijakan di Bidang Manajemen Pendidikan Formal di Inggris.
Bagi
anak-anak yang berusia antara 5 dan 16 tahun, pendidikan adalah wajib di UK.
Pendidikan yang dibiayai pemerintah bagi anak-anak
pada usia ini terstruktur dalam dua atau tiga jalur (tier).
1. Sistem dua jalur (two-tier system)
terdiri dari:
1) Sekolah
dasar (primary school). Sekolah dasar ini untuk anak-anak yang berusia
antara 5-11 tahun, kecuali di Scotland dimana transfer dilakukan pada usia 12
bukan 11 tahun; adakalanya, terbagi lagi dalam kelompok 5-7 tahun (infant
school) dan kelompok 7-11 tahun (junior school)
2) Sekolah
menengah atau tanpa pilihan (selective/nonselective school) adalah untuk
anak-anak yang berusia antara 11 dan 16 atau 18 tahun.
2.
Sistem
tiga jalur (tree-tier system), terdiri
dari:
1)
Sekolah
pertama (Fisrt school) ialah bagi anak-anak yang berusia 5-8 atau 9
tahun.
2)
Sekolah
Menengah (middle scoll) ialah bagi anak-anak berusia antara 8-12 atau 9 tahun.
3)
Sekolah
tingkat Atas (upper school), biasanya nonselektif, bagi anak-anak
berusia antara 12 atau 13-16 atau 18 tahun.
System sekolah dengan dua jalur adalah
yang banyak dilaksanakan di UK; system tiga jalur dijumpai hanya di “England”
yang menampung kurang dari 15% dari seluruh murid. Sampai tahun 1965 kebanyakan
anak-anak di “England” dan Wale dites pada usia 11 tahun untuk mengetaui
kecocokannya memasuki sekolah yang berorientasi akademik, yaitu sekolah
menengah yang dikenal dengan “grammar school”. Kurang lebih 25%
anak-anak pada usia ini memasuki “grammar school”. Anak-anak lain
memasuki sekolah yag dikenal dengan sekolah menengah modern (secondary-modern
school) yang kurikulumnya kurang berorientasi akademik. Tentu saja bagi
mereka yang menamatkan pendidikannya di sekolah ini lebih kecil peluang untuk
bias mengikuti ujian Negara pada usia 16 tahun, dan juga mereka kurang
memperoleh fasilitas apabila berkeinginan melanjutkan pendidiakn setelah usia
16 tahun. Semenjak tahun1965, didorong terutama oleh pemerintah Partai Buruh,
hampir semua “l.e.a.s” lebih mengakui dan menyukai system sekolah menengah yang
dapat menampung berbagai kemampuan, dan ini dikenal dengan sebagai sekolah
komprehansif (comprehensive school). Sebagian anak-anak berusia 11-16
tahun saat ini mendapat pendidikan di sekolah jenis ini.
Lembaga-lembaga keagamaan terutama gereja
Protestan dan Katolik Roma terus berperan menyelenggarakan sekolah-sekolah
tingkat dasar dan menengah, yang secara kolektif dikenal dengan sekolah
Sukarela. Namun demikian, pembiayaan sekolah-sekolah ini disediakan oleh
”l.e.a.s” atau pemerintah pusat, dan sekoalah ini pada umumnya dianggap bagian
dari sekolah negeri. Pendidikan sector swasta yang terdiri dari sekolah-sekolah
yang diselenggarakan oleh pribadi-pribadi, perusahaan atau badan-badan
kemanusiaan tidaklah begitu banyak, hanya kira-kira 5% saja anak-anak berusia
5-16 yang belajar di sekolah swasta ini.
Pendidikan khusus diadakan bagi anak-anak
yang punya kelainan atau cacat fisik atau mental, terutama diselenggarakan di
sekolah-sekolah khusus, disamping sekolah-sekolah regular.
Anak-anak yang melampui usia wajib belajar
(16 tahun) dapat juga meneruskan pendidikannya di sekolahnya sendiri dalam
program yang dinamakan “sixth form” dengan tambahan waktu dua tahun
lagi, atau mereka juga boleh pindah kelembaga lain seperti “sixth-form
collage” yang menanpung secara penuh anak-anak usia 16-18 tahun, ke “Tertiary
College’, “College of Furthewr Education”, atau ke “Technical
College”. Tiga yang terakhir ini pada dasarnya adalah sama, melayani
mahasiswa yang purna waktu (full time) atau paruh waktu (part time).
Pendidikan bagi anak-anak yang telah tamat
dari pendidikandasar menengah dapat dikelompokkan dalam dua kategori:
1.
Nonadvanced
Further Education (NAFE),
untuk yang tidak meneruskan pendidikan tinggi, tetapi dipersiapkan mengambil General
Certificate of Education (GCE) tingkat Advance (A’).
2.
Pendidikan
tinggi yang oto
no
m
diselenggarakan dengan dana pemerintah, dan perguruan tinggi yang di
selenggarakan oleh “l.e.a.s” yang sebagian dikenal dengan nama Politeknik (Di
Scotland, ada 14 perguruan tinggi yang langsung dibiayai oleh pemerintah
pusat). Banyak “l.e.a.s” yang menyelenggarakan pendidikan ini. Universitas dan
Politeknikk adalah pusat pendidikan untuk memperoleh title dan penelitian;
Politeknik kuat dalam pendidikan “
part-time” dan melayani terutama
mahasiswa berusia 21 tahu keatas. Title pertama yang diberikan oleh system
pendidikan di UK menganut tiga tahun kuliah bahkan sebagian program menuntut 4
tahun atau lebih.
F.
Dinamika dalam Pengembangan Kurikulum di Inggris.
Dari segi kurikulum,
sekolah-sekolah di Inggris menggunakan kurikulum nasional (National
Curriculum). Kurikulum nasional ditentukan oleh Dewan Pengembangan
Kurikulum Sekolah (School Curriculum Development Council – SCDC)
khususnya untuk sekolah pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Semula
dewan pengembang kurikulum masih menjadi satu dengan dewan ujian nasional,
yakni dalam satu wadah yang bernama The School Council for Curriculum and
Examinations, namun sejak tahun 1982 lembaga tersebut dipecah menjadi dua.
Dewan Pengembang
Kurikulum Sekolah tidak mudah dan
seenaknya saja mengganti kurikulum pendidikan. Perubahan kurikulum akan selalu
melibatkan banyak pakar yang sungguh berkompeten dibidangnya. Mereka menjunjung
tinggi warisan tradisi keilmuan mereka yang sangat kuat berakar. Materi
pelajaran pokok yang mereka anggap bagus sejak 100 tahun lalu, akan
dipertahankan sampai kapanpun. Sementara bidang-bidang baru yang ingin diajukan
untuk dimasukkan ke dalam kurikulum nasional, harus melewati prosedur yang
panjang.
Prosedur tersebut
dimulai dari usulan Kepala sekolah di suatu wilayah yang didukung oleh beberapa
kepala sekolah lainnya, lalu bersama-sama mereka mengajukan ke The Office
for Standars in Education, Children’s Services, and Skills (OFSTEAD). Kantor
ini bersifat semi otonom, karena tidak dibawahi oleh pemerintah melainkan
berdiri mandiri di bawah penunjukan Queen Elizabeth (Her Majesty’s Chief
Inspector of Schools In England-HMCI). Selanjutnya, OFSTEAD akan
mengajak School Curriculum Development Council (SCDC) untuk
mengembangkan kurikulum. Hasilnya kemudian diusulkan oleh OFSTEAD kepada
Menteri Pendidikan. Setelah Menteri Pendidikan menerima, hal yang sama akan
terjadi kembali, Menteri akan menyampaikan rencana perubahan kurikulum nasional
ke jenjang struktural di bawahnya hingga sampai ke kepala sekolah. Prosedur ini
memakan waktu sekitar satu tahun. Prosedur ini ternyata sangat birokratis namun
sekaligus memperlihatkan tertib organisasi yang mereka jalankan. Dengan
demikian, prosedur yang mereka jalankan memperlihatkan adanya pola bottom-up
dalam pembaharuan kurikulum di Inggris. Pembaharuan kurikulum pendidikan
itu diusulkan dari akar rumput, yaitu para ujung tombak penyelenggara
pendidikan.
Kurikulum nasional yang
disusun oleh OFSTEAD bersama dengan SCDC berisi 12 pelajaran.
Pelajaran inti (The core subjects) adalah English, Mathematics, dan
Science yang wajib dipelajari
oleh semua siswa umur 5 sampai 15 tahun. Mata pelajaran lain yang wajib dipilih
satu atau lebih untuk dipelajari para siswa adalah pelajaran: Art &
Design, Citizenship, Design & Technology, Geography, History, Information
& Communication Technology, Modern Foreign Languages, Music, dan
terakhir adalah Psysical Education. Seringkali beberapa sekolah masih
menambah satu atau dua mata pelajaran tambahan selain yang disebutkan di atas.
Adapun pelajaran yang diajarkan di sekolah tetapi tidak diatur di dalam
undang-undang negara adalah pelajaran: Religious Education, Career education,
dan Sex education.
Pada jenjang pendidikan tinggi terdapat program pasca sarjana yang
dapat diikuti oleh lulusan ujian A-Levels atau lulus dari Sixth Form
Colleges. Seseorang yang telah lulus tadi akan dapat dengan mudah masuk ke
perguruan tinggi dan menjadi mahasiswa selama waktu tiga atau empat tahun.
Mereka yang masuk PT telah berumur 18 tahun. Sedangkan untuk calon mahasiswa
yang berasal dari luar negeri atau mahasiswa internasional harus dapat fasih
berbahasa Inggris dengan skor nilai minimal TOEFL 550 dan IELTS 6.0.
Tahun ajaran PT di
Inggris dibagi dalam dua atau tiga term. Mahasiswa mengambil jurusan yang
sesuai dengan minat yang ingin dipelajari dan dikembangkannya. Gelar sarjana
akan diberikan jika mereka telah menyelesaikannya. Ada dua kelompok besar
jurusan yaitu jurusan “art” dan
“sciences”. Program biasanya berlangsung selama tiga tahun, dimana selama itu
mahasiswa menyelesaikan mata kuliah dan tutoring di bidang masing-masing.
Mahasiswa yang akan lulus biasanya harus mengikuti ujian akhir.
Program pasca sarjana
dapat diikuti oleh mereka yang telah lulus sarjana. Umumnya berumur diatas 21
tahun. Program pasca sarjana ditempuh dalam waktu 2 tahun. Mahasiswa harus menyelesaikan tugas mata
kuliah, menulis tesis, dan mengikuti ujian akhir. Mahasiswa pasca sarjana dapat meneruskan
program doktoral atau PhD.. Gelar Master atau MBA (Master of Business
Administrations) dianugerahkan setelah usai menempuh seluruh mata kuliah,
tesis, dan ujian akhir. Gelar pasca sarjana tradisional biasanya di bidang “Arts”
dengan sebutan (MA), sedang di bidang “Science” dengan sebutan (MSc).
G.
Pengembangan Pendidik dan Tenaga Kependidikan di Inggris.
Jumlah staf pengajar dan staf penelitian
di England dan Wales dalam tahun 1979 adalah sebagai berikut: a) sector sekolah
negeri tingkat pendidikan dasar dan menengah 475,000orang; sekolah independen
(swasta) 34,000; tingkat akademi (further education) 79,000; dan universitas
(termasuk staf penelitian) 28,000. Rasio guru dan murid di sekolah-sekolah
dasar dan menengah negeri di UK rata-rata adalah 1:22.4 dalam tahun 1971, turun
menjadi 1;19. Tahun 1979 walaupun jumlah murid meningkat pada masa itu. Di
Scotland rasio itu turun dari 22.3
menjadi 17.7. statistic tahun 1991 mengenai jumlah murid dan mahasiswa serta
guru prasekolah dasar dan menengah.
Ada tiga cara untuk memperoleh kualifikasi
menjadi guru di UK:
i.
Mengikuti
kuliah selama tiga tahun untuk Sertifikat Pendidikan (nongraduate
Certificate of Education); system ini dalam program penghapusan.
ii.
Tiga dan
empat tahun kuliah untuk mendapatkan gelar Sarjana Muda Pendidikan (Bachelor
of Education); dan
iii.
Satu tahun
di tingkat pasca sarjana bagi mereka yang memiliki gelar pertama non
kependidikan. Mulai tahun 1984, untuk memesuki lapangan kerja guru hanya
melalui jalur pasca sarjana. Disamping itu, kompetensi matematika dan bahasa
Inggris dalam standar GCE-‘O’ sangat diharapkan.
Selama dalam pendidikan guru-guru dapat
mengambil spesialisasi dalam bidang-bidang tertentu atau dalam tingkat,
misalnya sekolah dasar atau sekolah menengah. Di Scottland,
guru-guru boleh mengajar pada level yang sesuai dengan kualifikasinya. Tidak
ada kualifikasi mengajar yang dituntut bagi guru-guru yang mengajar di
pendidikan lanjutan (furthet education) dan pendidikan tinggi.
Selama tahun 70-an, sector non universitas
penyelenggaraan pendidikan guru di England dan Wales melakukan reorganisasi
yang berdampak terutama pada fakultas-fakultas yang secara khusus melaksanakan
pendidikan guru. Tindakan ini diikuti dengan penyusutan jumlah tempat mengajar
yang sangat besar bagi guru-guru baru
dari 80,000 dalam tahun 1976-77 menjadi 46,000 dalam tahun 1981. Penyusutan ini
diharuskan karena menurunya jumlah murid yang terkjadi mulai akhir 1970-an dan
berlanjut sampai akhir 1980-an.
Walaupun terjadi penyusustan secara
besar-besaran dalam system pendidikan guru, masih saja banyak guru dari tempat
tempat mengajar tersedia, sehingga banyak guru yang menganggur. Akan tetapi
dalam bidang-bidang tertentu terjadi pula kekurangan guru seperti pada bidang
ilmu keolahragaan, matematika, kerajinan, desain, dan teknik. Penyebab
timbulnya kekurangan ini cukup kompleks,dan jelas bahwa in menggambarkan
keadaan suplai lulusandan persaingan dan persaingan lowongan pekerjaan lain.
Rencana pemerintah dalam menanggulangi kekurangan guru ini sudah disusun yang
memungkinka
n guru-guru
senior yang sudah matang serta orang-orang yang punya kualifikasi bis
a diangkat menjadi guru-guru spesialis.
Guru/staf pengajar di England tidak tergolong pegawai negeri sipil
(civil servants), namu direkrut
oleh pemerintah daerah atau lembaga yang tergantung jenis sekolahnya. Guru di
lembaga swasta merupakan pegawai dari lembaga tersebut. Jumlah guru yang
mengajar di sekolah yang dikelola oleh pemerintah daerah dan akademi tertangga
November 2012 adalah sebanyak 442.000, terdapat kenaikan sebesar 2,6% dari
November 2011. Jika digabung dengan jumlah tenaga pengajar lainnya seperti
asisten guru, staf pendukung dan tambahan di sekolah, maka jumlahnya
menjadi 899.000 dan ini tersebar di
24.328 sekolah (data per Januari 2013). Mayoritas dari guru yang terdata,
sekitar 96% adalah qualified teacher dengan kualifikasi tingkat sarjana
atau lebih tinggi. Data terkait juga menyebutkan bahwa gaji bersih rata-rata
yang mereka terima per tahun adalah sebesar ₤37.600.
H.
Pembiayaan Pendidikan di Inggris.
Belanja pendidikan dan ilmu pengetahuan dibandingkan
dengan seluruh anggaran pemerintah
Inggris pada tahun 1990 kurang lebih 14.1 % sama dengan presentase 10 tahun
sebelumnya. Jumlah ini kira-kira 4,5%
dari Gross Domestic Product (GDP). Sungguhpun pemerintah menganggarkan
sebagian besar sumber pembiayaan pendidikan, dana ini pada dasarnya
dibelanjakan oleh LEAS. Pengeluaran oleh LEAS diperkirakan
sebesar 17,272 juta Pounds Sterling dibandingkan dengan pengeluaran di pusat
sebesar 3,647 juta Pounds Sterling yaitu 83 % : 17 %.
Bagian terbesar pengeluaran sekolah adalah untuk gaji
guru-guru dengan proporsi kurang lebih 70 % dari belanja keseluruhan.
Politeknik yang sekarang menjadi universitas serta sekolah tinggi lainnya
menerima anggaran belanjanya melalui Polytechnics and College Funding
Council (PCFC). Dana untuk unversitas dan badan-badan penelitian disalurkan
melalui University Funding Council (UFC). Dana untuk biaya pendidikan
guru-guru disalurkan melalui program LEA dan digunakan menurut prioritas yang
telah ditetapkan sebelumnya. Juga tersedia dana untuk pendidikan guru-guru yang
bertugas mengajar para imigran.
Seluruh biaya Departemen
Pendidikan dan LEA dibagi sebagai berikut: untuk sekolah – 61 % untuk pendidikan tinggi termasuk akademi
-29%; pusat-pusat penelitian 4%; dan untuk biaya administrasi -5,7%. Pada tahun
1991, sebuah proposal diajukan untuk memberikan status lembaga social kepada
seluruh sekolah. Ini memberikan kesempatan kepada sekolah untuk mendapatkan
pembebasan pajak atas asset-aset pendidikan. LEA juga menerima dana dari
sumber-sumber lain, dan kira-kira 50% dari dana itu digunakan sendiri oleh LEAS
untuk keperluan pendidikan dalam wilayahnya.
Pengalokasian dana pendidikan disisihkan dari pendapatan negara secara
keseluruahan sebagaimana direfleksikan oleh rasio GNP dan anggaran pendidikan.
Inggris dalam tahun 1990, misalnya menyisihkan 4,9%, Australia 5,3%, Amerika
Serikat 5,2%, Kuba 6,6%, dan Korea Selatan 3,5%. Dengan keadaan lokasi seperti
itu, pendidikan Inggris masih tersiut-tersiut dan mengeluh kekurangan dana
pendidikannya. Indonesia, untuk sekedar perbandingan, pada tahun 1991
mengalokasikan 1,1 % dari GNP; Inggris 5,3% dan Indonesia 1,4% dalam tahun
1995. Komitmen pada pendidikan juga tergambar pada rasio anggaran pemerintah secara
keseluruhan dengan anggaran pendidikan. anggaran Inggris tahun 1995
adalah 11,6% dari total anggaran pemerintah,
sedangkan Indonesia 7,8 % pada tahun yang sama. Saudu Arabia, Iran dan Korea
Selatan melebihi negara-negara besar seperti Amerika Seriakat, Canada,
Australia, Perancis, Jepang, yaitu 17,7% (Saudi), 17,8% (Iran), dan 17,5%
(Korea). Ironisnya Inggris, kata sebegian ahli pendidikan, kecaman yang sangat
keras ditujukan kepada kegagalan pendidikan, tetapi dalam perjuangan anggaran
pendidikan sering banyak anggota parlemen yang tidak mendukung.
PENUTUP
Simpulan adalah
hasil dari proses penyimpulan makalah
guna menjawab poin-poin yang telah
dirumuskan sebelumnya dalam rumusan masalah. Setelah dipaparkan mengenai keseluruhan
isi makalah, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut.
1.
Inggris merupakan negara bagian dari UK yang menganut sistem
parlementer.
2.
Wilayah Inggris adalah 2/3 dari UK. Inggris juga memiliki sumber
pendapatan negara dari hasil menjual berbagai produk alam diantaranya minyak
bumi.
3.
Filsafat yang berkembang adalah Empirism, Liberalism, dan
sebagainya. Sekolah dan pendidikan tinggi memiliki orientasi yang berbeda.
4.
Pendidikan agama di Inggris adalah wajib. Meski mayoritas
menggunakan kurikulum kristen.
5.
Pendidikan formal terbagi menjadi 2 yaitu sistem dua jalur dan
sistem tiga jalur.
6.
Kurikulum nasional ditentukan oleh Dewan Pengembangan Kurikulum
Sekolah (School Curriculum Development Council – SCDC) khususnya untuk
sekolah pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah
7.
Untuk menjadi tenaga pendidik di Inggris diperlukan kualifikasi
tertentu. Inggris menyiasati kekurangan
guru dengan mengangkat guru senior sebagai spesialis.
8.
Pendanaan
pendidikan di Inggris diatur oleh Departemen Pendidikan dan LEA dengan
prosentase tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Nur, Agustiar Syah. 2001. Perbandingan
Sistem Pendidikan 15 Negara. Bandung: Lubuk Agung.
Rohman, Arif. 2010. Pendidikan
Komparatif : Menuju Ke Arah Metode Perbandingan Pendidikan. Yogyakarta :
Laksbang Grafika.
Jurnal :
Soelaiman, T.A. Fauzi. 2014. Sistem
Pendidikan di Inggris. pdf
Situs web :
Soelaiman, T.A. Fauzi. 2014. Sistem Pendidikan di Inggris. pdf