Pendidikan
mulai ada sejak adanya makhluk manusia, anak didik merupakan objek utama dari
pendidikan. Pendidikan tersebut berusaha membawanya ke tingkat kedewasaan,
yaitu yang semula serba tak berdaya mampu hingga dapat mandiri tanpa
menggantungkan pada orang lain serta bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri
baik secara individual maupun sosial. Pendidikan dipandang mempunyai peranan
penting dan besar manfaatnya dalam mencapai keberhasilan perkembangan anak
didik. Pendidikan merupakan usaha yang sengaja dan terencana untuk membantu
perkembangan potensi dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi kepentingan
hidupnya sebagai seorang individu.
Di dalam
filsafat pendidikan Sebagai hasil pemikiran para filosof, filsafat telah
melahirkan berbagai macam pandangan dan aliran yang berbeda-beda. Ada kalanya
pandangannya saling menguatkan, ada kalanya juga saling bertentangan atau
berlawanan. Salah satu aliran dalam filsafat pendidikan adalah aliran filsafat
naturalisme. Aliran pendidikan naturalisme adalah salah satu bentuk dari
aliran-aliran pendidikan. Di dalam aliran tersebut ada beberapa peranan atau
factor-faktor yang terkait dengan pendidikan atau perkembangan anak.
PENDIDIKAN MENURUT ALIRAN NATURALISME
A.
Pengertian Pendidikan
Pendidikan dapat diartikan secara sempit, dan dapat pula
diartikan secara luas. Secara sempit dapat diartikan: “bimbingan yang diberikan
kepada anak-anak sampai ia dewasa”. Sedangkan pendidikan dalam arti luas adalah
“ segala sesuatu yang menyangkut proses perkembangan dan pengembangan manusia,
yaitu upaya menanamkan dan menggembangkan nilai-nilai bagi anak didik. Sehingga
nilai-nilai pendidikan itu menjadi bagaian dari kepribadian anak yang pada
gilirannya ia menjadi orang pandai, baik, mampu hidup dan berguna bagi
masyarakat.”
Dalam buku “Filsafat Pendidikan” karangan Suparlan
Suhartono pendidikan adalha segala kegiatan pembelajaran yang berlangsung
sepanjang zaman dalam segala situasi kegiatan kehidupan.
Adapun
definisi pendidikan menurut para ahli sebagai berikut :
1.
Menurut
Hasan Langgulung dalam bukunya “Pendidikan dan Peradaban Islam” ,
diartikan sebagai merubah dan memindahkan nilai kebudayaan kepada setiap
individu dalam masyarakat.
2.
Syed
Naquib al Attas, menyatakan bahwa pendidikan berasal dari kata ta’dib,
yang berkaitan dengan pendidikan selain ta’dib yakni tarbiyah
yang menekankan pada mengasuh, menanggung, memelihara dan menjadikan bertambah
dalam pertumbuhan.
3.
Ki
Hajar Dewantara, sebagaimana yang dikutip oleh Prof. Dr. Abuddin Nata. MA dalam
bukunya “Kapita Selekta Pendidikan Islam”, menyatakan bahwa pendidikan
adalah usaha yang dilakukan dengan penuh keinsyafan yang ditujukan untuk
keselamatan dan kebahagiaan manusia.
4.
Soegarda
Purbakawaca, sebagaimana yang dikutip oleh Prof. Dr. Abuddin Nata. MA dalam
bukunya “Kapita Selekta Pendidikan Islam”, menyatakan bahwa pendidikan
mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan
pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya serta keterampilannya kepada
generasi mudauntuk melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama
sebaik-baiknya.
5.
Menurut Freeman But yang dikutip oleh Jalaluddin dan Abdullah dalam bukunya “Filsafat Pendidikan”
mendefinisikan pendidikan adalah suatu proses pertumbuhan. Dalam proses ini
individu dibantu pengembangan bakat, kekuatan, kesanggupan dan minatnya.
6.
Menurut
Ahmad D. Marimba dalam bukunya “Pengantar Filsafat Pendidikan” mendefinisikan
pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh sipendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani siterdidik menuju terbentuknya kepribadian yang
utama.
Dari
pandangan para ahli tersebut mengenai pendidikan, maka dapat disimpulkan bahwa
pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan mengajarkan dan memberikan ilmu
pengetahuan kepada individu dalam rangka mendidik untuk menjadi generasi yang
baik dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan didampingi oleh guru atau orang
yang berpengalaman menurut bidangnya atau dengan kata lain diartikan sebagai
proses pembentukan diri yang dikembangkan dengan upaya mengembangkan
potensi-potensi manusiawi peserta didik menjadi nyata dan berfungsi dalam
perjalanan hidupnya sehingga menjadi manusia yang berkembang dan cerdik.
B.
Pengertian Naturalisme
Naturalisme mempunyai beberapa
pengertian, yaitu dari segi bahasa, Naturalisme berasal dari dua kata,
“Natural” artinya “Alami” dan “Isme” artinya “Paham”. Nature artinya alam atau
yang dibawa sejak lahir.Aliran
naturalisme dapat juga disebut sebagai “Paham Alami”. Maksudnya, bahwa setiap
manusia yang terlahir ke bumi ini pada dasarnya memiliki kecenderungan atau
pembawaan yang baik dan tak ada seorangpun terlahir dengan pembawaan yang
buruk.
Naturalisme merupakan teori yang menerima “nature”
(alam) sebagai keseluruhan realitas. Istilah “nature” telah dipakai
dalam filsafat dengan bermacam-macam arti, mulai dari dunia fisik yang
dapat dilihat oleh manusia, sampai kepada sistem total dari fenomena ruang dan
waktu. Natura adalah dunia yang diungkapkan kepada kita oleh sains alam.
Istilah naturalisme adalah kebalikan dari istilah supernaturalisme
yang mengandung pandangan dualistik terhadap alam dengan adanya kekuatan yang
ada (wujud) di atas atau di luar alam (Titus dalam makalah Ahmad, 2012).
Sistem nilai yang bersumber pada
paham Naturalisme, berorientasi kepada naturo-centris (berpusat pada
alam), kepada tubuh jasmaniah, kepada pancaindra, kepada hal-hal yang bersifat
aktual (nyata), kepada kekuatan, kepada kemampuan mempertahankan hidup, dan
kepada organisme (makhluk hidup). Oleh karena itu, Naturalisme berpandangan
menolak hal-hal yang bersifat spiritual dan moral, sebab kenyataan yang hakiki
adalah alam semesta yang bersifat fisik (jasmaniah). Jiwa dapat menurun
kualitasnya menjadi kenyataan yang berunsurkan materi. Naturalisme dekat dengan
paham materialisme yang menafikan nilai-nilai moral manusia. Tidak ada
kenyataan di balik kenyataan alam fisik, hingga tak ada alam metafisis.
Aliran ini menganggap bahwa kebahagiaan manusia
didapat dengan menurutkan panggilan natur (fitrah) dari kejadian manusia
itu sendiri. Perbuatan yang baik (susila) menurut aliran ini ialah
perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan natur manusia. Baik mengenai fitrah
lahir ataupun mengenai fitrah batin. Kalau lebih memberatkan pada fitrah
lahirnya dinamakan aliran etika materialisme. Tetapi pada aliran naturalisme
ini faktor lahir batin itu sama beratnya sebab kedua-duanya adalah fitrah
(natur) manusia. Aliran ini cara pemikirannya tentang etika adalah sebagai
berikut : di dalam dunia ini segala sesuatu menuju satu tujuan saja. Dengan
memenuhi panggilan naturnya masing-masing mereka menuju kebahagiannya yang
sempurna. Benda-benda dan tumbuhan-tumbuhan menuju pada tujuan itu secara
otomatis yakni tanpa pertimbangan atau perasaan. Kalau hewan-hewan menuju
tujuan itu dengan instict (nalurinya) maka manusia menuju tujuan itu dengan
akalnya. Karena itu kewajiban manusia ialah mencapai kesanggupan akal yang
setinggi-tingginya dan melakukan segala amal perbuatan dengan berpedoman pada
akal itu. Alam telah memberikan pada manusia keinginan untuk hidup terus. Dan dengan
dasar mengingini kelangsungan hidup itulah manusia membeda-bedakan beberapa
macam pekerjaan mana yang membahayakan dan mana yang mengganggu kelangsungan
hidup itu. Kebahagian manusia terletak pada tidak terganggunya kelangsungan
hidup itu. Adanya ancaman terhdap kelangsungan hidup merupakan hilangnya
kebahagiaan manusia. Ringkasnya aliran ini berpendapat bahwa kebahagiaan itu
didapatkan ketika manusia melakukan hal yang cocok dengan naturnya dan
melangsungkan kehidupannya.
Aliran ini dipelopori oleh JJ Rousseau, aliran ini
berpendapat bahwa anak itu lahir dengan “naturenya” sendiri dan dengan sifatnya
sendiri.Aliran
ini juga berpendapat bahwa pendidikan dan lingkungan adalah bersifat negative,
yang hanya akan merusak saja.
maksudnya, pada hakekatnya semua anak (manusia) sejak dilahirkan adalah baik.
Bagaimana hasil perkembangannya sangat ditentukan oleh pendidikan yang diterima
atau yang mempengaruhinya . jika pengaruh atau pendidikan itu baik, maka akan
menjadi baiklah ia, akan tetapi bila pengaruh atau pendidikan itu jelek, akan
jelek pula hasilnya.
C.
Pandangan
Tokoh Aliran
Naturalisme tentang Pendidikan
1. John Amos Comenius (1592-1670).
Menurut john amos comenius pemikiran filsafat
pendidikan Naturalisme di bidang pendidikan adalah pentingnya pendidikan
itu sesuai dengan perkembangan alam.
Sebagai pendeta Protestan sekaligus paedagog, ia berpandangan bahwa manusia
itu diciptakan oleh Tuhan dan untuk Tuhan.Manusia diciptakan dan ditempatkan di
atas semua makhluk, karena kemampuannya dalam berfikir. Percikan pemikiran
Comenius berpengaruh pada teori-teori pendidikannya.
Dalam pendidikan dan pengajaran, Comenius menggunakan hukum-hukum alam
sebagai contoh yang senantiasa tertib dan teratur. Hukum alam memiliki ciri
sebagai berikut : 1. Segalanya berkembang dari alam 2. Perkembangan alam serba
teratur, tidak meloncat-loncat melainkan terjadi secara bertahap. 3.
Alam, berkembang tidak tergesa-gesa melainkan menunggu waktu yang tepat, sambil
mengadakan persiapan.
Selain itu Comenius juga mengemukakan bahwa dimensi kedua dari filsafat
pendidikan naturalisme adalah penekanan bahwa belajar itu merupakan kegiatan
melalui Indra. Belajar melalui indra merupakan inti dari metode belajar
Naturalistik. Dalam hal ini guru pertamakali hendaknya mengenalkan benda kepada
anak lebih dahulu, baru setelah itu penjelasan yang diperinci (exposition)
tentang benda tersebut.
2. John Locke (1632-1704)
Dalam buku Essay Concerning Human Understanding. Ia mengemukakan bahwa
teori dalam jiwa diperoleh dari pengalaman nyata. Dalam formulasi redaksi yang
berbeda dengan maksud yang sama John Locke mengatakan bahwa, tidak ada
sesuatu dalam jiwa tanpa melalui indra.
Kesimpulan lebih lanjut dari statement Locke adalah jiwa senantiasa kosong
dan hanya terisi apabila ada pengalaman. Oleh karena alam merupakan spot power
bagi pengisian jiwa, maka proses pendidikan harus mengikuti tata-tertib
perkembangan alam. Kalau alam serba teratur, ia menghendaki pengajaranpun harus
teratur. Mata pelajaran harus diajarkan secara berurutan (sequence) ,
step by step dan tidak bersamaan, misalnya: membaca dulu sampai bisa,
kemudian diikuti dengan pembelajaran menulis, demikian selanjutnya.
Ide-ide Locke tersebut berseberangan dengan pandangan Platonic Notion, yang
mengatakan bahwa manusia itu lahir dengan ide (gagasan) pembawaan seperti ide
tentang Tuhan, rasa tentang benar dan salah, kemampuan-kemampuan logik tentang
prinsip-prinsip kontradiksi yang secara otomatis tanpa melalui belajar.
Bagi Locke semua itu harus dipelajari melalui pemahaman. Oleh sebab itu, Locke
berkata "baik buruknya anak (peserta didik) tergantung pada
pendidikannya". Teori inilah yang kemudian melahirkan konsep Tabularasa
atau Blanksheet dalam pendidikan
3. Jean Jacques Rousseau(1712 - 1778)
Menurut Rousseau, anak memiliki potensi atau kekuatan yang masih terpendam,
yaitu potensi berfikir, berperasaan, berkemauan, ketrampilan, berkembang,
mencari dan menemukan sendiri apa yang diperlukannya melalui berbagai bentuk
kegiatan dan usaha belajar, anak mengembangkan segala potensi yang dimilikinya.
Berbeda dengan teori lain, menurut Rousseau anak tidak usah terlalu banyak
diatur dan diberi. Biarkan mereka mencari dan menemukan dirinya sendiri. Sebab
menurut dia, anak dapat berkembang sendiri.
J.J Rousseau berpendapat bahwa alat pendidikan meliputi kebebasan,
kemerdekaan sebagai konsekuensi gagasannya bahwa alam atau kodrat anak adalah
baik tanpa kekangan sesuatu.
Hal ini juga dijelaskan Rousseau dalam bukunya yang berjudul Emile Ou de
L'Education. Mengenai pendidikan, berupa roman dengan pemeran utama Emile
sebagai anak didik dan pelaku kedua Sophie calon istrinya. Buku Emile diperuntukkan pendidikan kalangan
masyarakat tinggi. Jilid pertama berisi tentang perawatan jasmani peserta
didik (Emile) yang dapat dilakukan sampai umur 2 sampai 12 tahun. Sementara
jilid kedua pendidikan intelek bagi umur 12 sampai 15. Jilid ketiga berisi
tentang pendidikan akhlak dan agama bagi
puber dalam umur 15 sampai 20. jilid kelima mengulas tentang pendidikan wanita (sophie)
dan kesusilaan.
Gagasan dasar yang dikembangkan J.J Rousseau dan tercantum sebagai kalimat
utama romannya yaitu: “semua adalah baik dari tangan pencipta, semua menjadi
buruk di tangan manusia”. Semboyannya dalam usaha pendidikan sesuai dengan
gagasan dasar tersebut adalah kembali pada alam atau kodrat.
4.
Implikasi Naturalisme terhadap Pendidikan
Dimensi utama dan pertama dari pemikiran filsafat pendidikan
naturalisme di bidang pendidikan adalah pentingnya pendidikan itu sesuai dengan
perkembangan alam Manusia diciptakan dan
ditempatkan di atas semua makhluk, karena kemampuannya dalam berfikir. Peserta
didik harus dipersiapkan kepada dan untuk Tuhan. Untuk itu pendidikan yang
signifikan dengan pandangannya adalah pendidikan ketuhanan, budi pekerti dan
intelek. Pendidikan tidak hanya sebatas untuk menjadikan seseorang mau belajar,
melainkan juga untuk menjadikan seseorang lebih arif dan bijaksana. Dimensi kedua dari filsafat pendidikan naturalisme yang juga
dikemukakan oleh Comenius adalah penekanan bahwa belajar merupakan kegiatan
melalui indra.
Fenomena menarik di bidang
pendidikan yang menjadikan alam sebagai tempat dan pusat kegiatan pembelajaran.
Para siswa menyatu dengan alam sebagai tempat belajar memuaskan
keingintahuannya sebab mereka secara langsung berhadapan dengan sumber dan
materi pembelajaran secara riil.
Naturalisme dalam filsafat pendidikan mengajarkan
bahwa guru paling alamiah dari seorang anak adalah kedua orang tuanya. Oleh
karena itu, pendidikan bagi penganut paham naturalis perlu dimulai jauh hari
sebelum proses pendidikan dilaksanakan. Sekolah merupakan dasar utama dalam
keberadaan aliran filsafat naturalisme karena belajar merupakan sesuatu yang
natural, oleh karena itu fakta bahwa hal itu memerlukan pengajaran juga
merupakan sesuatu yang natural juga. Paham naturalisme memandang guru tidak
mengajar subjek, melainkan mengajar murid.
Terdapat lima tujuan pendidikan paham naturalisme yang
sangat terkenal yang diperkenalkan Herbert
Spencer melalui esai-esainya yang terkenal berjudul “Ilmu Pengetahuan
Apa yang Paling Berharga?”
Kelima tujuan itu
adalah
·
Pemeliharaan diri
·
Mengamankan kebutuhan
hidup
·
Meningkatkan anak didik
·
Memelihara hubungan
sosial dan politik
·
Menikmati waktu luang.
Selain kelima tujuan yang disampaikan oleh Spencer,
Spencer juga menjelaskan tujuh prinsip dalam proses pendidikan beraliran
naturalisme, adalah
·
Pendidikan harus
menyesuaikan diri dengan alam
·
Proses pendidikan harus
menyenangkan bagi anak didik
·
Pendidikan harus berdasarkan
spontanitas dari aktivitas anak
·
Memperbanyak ilmu
pengetahuan merupakan bagian penting dalam pendidikan
·
Pendidikan dimaksudkan
untuk membantu perkembangan fisik, sekaligus otak
·
Praktik mengajar adalah
seni menunda
·
Metode instruksi dalam
mendidik menggunakan cara induktif; (Hukuman dijatuhkan sebagai konsekuensi
alam akibat melakukan kesalahan. Kalaupun dilakukan hukuman, hal itu harus
dilakukan secara simpatik.
Ringkasnya aliran ini berpendapat bahwa kebahagiaan didapatkan ketika
manusia melakukan hal yang cocok dengan naturnya dan melangsungkan kehidupannya.
Cari semua makalah disini
DISINI
Abdullah, Jalaluddin. 1997.Filsafat Pendidikan.
Jakarta: PT Gaya Media Pratama.
Effendi, Mukhlison dan Siti Rodliyah. 1998. Ilmu
Pendidikan. Ponorogo: PPS Press.
Ibrahim, R dan Nana Syaodih. 1996. Perencanaan
Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Indrakusuma, Amien Daien. 1973. Pengantar Ilmu Pendidikan.
Surabaya: Usaha Nasional.
Langgulung, Hasan. 1985. Pendidikan
dan Peradaban Islam. Jakarta : Pustaka Al Husna.