PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MADRASAH DI INDIA DAN PAKISTAN
Perkembangan kesadaran keagamaan umat Islam di dunia tidak bisa dilepaskan
dari munculnya gerakan pembaruan pemikiran sejak abad ke-19 lalu. Dimana
gerakan pembaharuan ini dilatarbelakangi oleh kemunduran dunia Islam pada abad
ke 10, kemudian tenggelam berabad-abad lamanya. Faktor yang menjadi penyebab
utama kemunduran dunia Islam adalah mundurnya spirit yang menimpa kaum muslimin
yang ditampilkan dalam bentuk khurafat, umat Islam tidak lagi menggunakan
pikirannya sebagaimana para pemikir-pemikir sebelumnya melakukan ijtihad, untuk
menggali sumber yang asli kepada Al-Qur’an
dan Hadist Nabi, praktek bermazhab dan bid’ah telah subur. Setelah
berabad-abad lamanya masa kemunduran islam, munculah gerakan pemikiran yang
dikumandangkan oleh pelopor-pelopor pembaharuan.
Istilah gerakan yang disebut pembaharuan ini memberi arah dan
perspektif keagamaan yang relatif berbeda dari pusat-pusat peradaban Islam di
Timur Tengah. Di antara beberapa negara
yang melakukan gerakan pembaharuan adalah India dan Pakistan. Dimana keduanya
memiliki keterkaitan sejarah, bahkan merupakan satu kesatuan dalam sejarahnya.
Negara ini termasuk negara yang besar, luas daerahnya maupun kebudayaan dan
peradabannya.
PEMBAHASAN
A.
India
1.
Sejarah Masuknya Islam di India
Sejarah peradaban Islam di India terbilang panjang. Meskipun
begitu, masuknya ajaran Islam ke India bisa diklasifikasikan dalam tiga
gelombang, yakni dibawa orang Arab pada 7 M, orang Turki pada 12 M, dan abad
ke-16 M oleh orang Afghanistan.
Menurut catatan sejarah, Islam mulai masuk ke India pada era
pemerintahan Khalifah Umar Bin Khathab. Pada tahun 16 H (636 M). Khalifah Umar
mengirimkan pasukan ke Persia di bawah pimpinan Sa’ad bin Abi Waqas. Ia
berjuang selama 16 tahun, akhirnya dapat menguasai seluruh Persia, kemudian
diperluas ke Khurasan dan diteruskan ke India.
2.
Pendidikan di India
Di dalam pemerintahan Federal yang lain fungsi Menteri Pendidikan
hanya memberi nasehat bagi negara bagian mengenai pendidikan. Di samping itu,
ia mengkoordinasi pelayanan pemerintah Federal di lapangannya. Dibentuk pula
berbagai lembaga yang dapat melakukan tugas supervisi atas pendidikan dari
pelaksanaan Rencana Lima Tahun. Program pengembangan pendidikan setiap tahunpun
diawasi oleh kementrian itu. Tanggungjawab atasbeberapa universitas tertentu
turut dipikul oleh kementerian Pendidikan Federal. Kementerian Pendidikan di
Negara Bagian terutama bertanggungjawab atas pendidikan rendah dan menengah di
negara bagian. Penyelenggaraan pendidikan rendah diserahkan kepada pemerintah
wilayah, jadi kepada kotapraja dan pemerintah desa. Dewan sekolah (school
Board) yang mempunyai anggota dari kalangan pemerintahan dan yang ditunjuk
bertugas mengangkat pegawai pendidikan yang mengawasi pelaksanaan peraturan
disusun oleh pemerintah Federal.
Karena tanggungjawab pendidikan dipegang oleh berbagai instansi,
maka sumber keuangan untuk pendidikanpun banyak pula. Keadaan pendidikan di
negara-negara bagian tidak selalu sama. Misalnya ada negara bagian yang
membebaskan biaya sekolah pada tingkat rendah, tetapi ada pula sampai pada
tingkat sekolah menengah. Malah ada beberapa negara bagian memberi kebebasan
itu pada semua tingkat. Begitu juga dengan struktur sistem pendidikannya.
Sekolah Taman Kanak-kanak belum dapat diadakan oleh pemerintah,
yang ada ialah yang didirikan swasta. Sekolah rendah lamanya umumnya 5 tahun
tetapi ada juga yang 4 tahun.
Soal bahasa menjadi salah satu masalah yang rumit di India. Dalam
konstitusi ditetapkan bahasa regional yang pertama yang dimaksud dijadikan
bahasa resmi untuk seluruh India ialah bahasa Hindi. Bahasa Inggris masih
dijadikan sebagai bahasa resmi kedua dalam setiap negara bagian.
Semenjak konstitusi menetapkan bahwa negara bersifat sekuler, tidak
diberikan pelajaran agama di sekolah. Kebanyakan sekolah rendah mengajarkan
salah satu ketrampilan. Pelajaran ketrampilan ini terutama didorong oleh
cita-cita pendidikan Mahatma Gandhi.
3.
Masa Pemerintahan – Pemerintahan Islam di India
Pemerintahan-pemerintahan ini mayoritas muncul pada masa kelemahan
khalifah Abbasiyah, sebagai hasil dari penguasaan orang-orang Turki terhadap
wilayah yang terbatas di India. Diantara peerintahan-pemerintahan yang terkenal
adalah sebagai berikut :
a)
Pemerintahan al-Mahaniyah di Sindan pada tahun 198 H, pendirinya
adalah Fadhl bin Mahan
b)
Pemerintahan al-Hibariyah di Sind pada tahun 240 H, pendirinya
adalah Umar bin Abdul Aziz al-Hibari
c)
Pemerintahan as-Samawiyah d Multan pada tahun 279 H, pendirinya
adalah Muhammad bin Qasim as-Sami
d)
Pemerintahan Ismailiyah di Multan pada tahun 375 H, di antara
penguasanya yang terkenal adalah Jalm bin Syaiban
e)
Pemerintahan al-Ma`daniyah di Makran pada tahun 340 H, pendirinya
adalah Isa bin Ma`da.
f)
India tunduk kepada orang-orang Ghaznawiyin pada tahun 366-582 H/
976-1186 M. Penguasa Ghaznawiyah yang terkenal adalah Sultan Mahmud yang telah
menyerang India sebanyak 17 kali, yang semua dimenangkannya. Hampir setiap
tahun sekali ia menyerbu India, hingga menundukan Punjab, Multan, dan sebagian
besar wilayah India.Ia merupakan sultan muslim paling terkemuka yang pernah
memerintah India.
4.
Fungsi Madrasah dalam Mentransmisikan Ilmu Pengetahuan Agama
Madrasah dianggap sebagai lembaga yang khusus mentransmisikan
ilmu-ilmu agama dengan memberikan peekanan khusus pada bidang fiqih, tafsir dan
hadits. Hal ini menurut Azra disebabkan karena tiga alasan :
a)
Berkaitan dengan pandangan tentang ketinggian ilmu-ilmu keagamaam
yang dianggap mempunyai supremasi lebih dan mempunyai jalan “cepat” menuju
Tuhan.
b)
Secara institusional madrasah memang dikuasai oleh mereka yang ahli
dalam bidang agama.
c)
Berkenaan dengan kenyataan bahwa hampir seluruh madrasah didirikan
dan dipertahankan dengan dana wakaf dari penguasa politik Muslim atau dermawan
kaya, karena dirorong oleh adanya motivasi kesalehan.
Dengan kurikulum yang terfokus pada bidang keagamaan tersebut,
madrasah justru dapat diterima luas di kalangan masyarakat, karena materi pokok
yang diajarkan madrasah pada saat itu seperti fiqih, dianggap memenuhi
kebutuhan masyarakat dan dapat diberikan pada anggota masyarakat dalam segala
tingkatan umur. Di samping itu, para pengajar madrasah adalah para ulama yang
notabene merupakan panutan masyarakat.
Secara umum, alur transmisi ilmu pengetahuan di madrasah dapat
dikelompokan menjadi dua bagian :
1)
Transmisi lewat lisan (Oral Transmission)
Sebagaimana dimaklumi bahwa dunia pendidikan Islam klasik mempunyai
keyakinan bahwa belajar dengan syaikh secara pribadi dan mendengar secara
langsung keterangan dari syaikh, dianggap sebagai metode transmisi yang sangat
baik.
2)
Transmisi lewat tulisan
Ketika seorang peserta didik telah siap dalam bidang studi tertentu,
ia maju untuk menjalankan ujian tertulis. Jika penampilannya memenuhi standar
yang ditentukan syaikhnya, ia akan menerima sebuah ijazah sebuah surat yang
menyatakan kelayakannya untuk mengajar suatu bidang studi tertentu.
5.
Dar-ul-Ulum Deoband
Darul Ulum Deoband didirikan pada 30 Mei 1867 pada sebuah masjid
kecil di kota Deoband oleh Maulwi Fadlur Rahman, Maulwi Zulkfikar Ali dan
Maulwi Muhammad Mahmud. Murid pertama yang mengemban ilmu di madrasah ini
adalah Syeikhul Hind Maulana Mahmud-ul-Hasan dan kemudian pada akhir tahun
jumlahnya meningkat hingga 78 pelajar. Disebutkan bahwa sebenarnya cikal bakal
berdirinya Daar-ul-Ulum Deoband merupakan buah pemikiran Maulana Muhammad Qasim
Nanotwi (1833-1877), yang mana beliau berharap tidak adanya beban finansial
bagi pelajar dan pengajarnya sehingga proses belajar mengajar dapat terlaksana
dengan penuh takwa dan ikhlas karena Allah swt. Kemudian pada tahun 1880
Maulana Muhammad Qasim meninggal dan posisinya digantikan oleh Maulana Rashid
Ahmed Gangohi (1829-1905).
Sekitar tahun 1867 Darul Ulum Deoband memulai belajar dari bawah
pohon pada sebuah Masjid Chatta, dan ketika masjid ini tidak dapat menampung
lagi jumlah pelajar yang semakin bertambah hari demi hari akhirnya dibangunlah
masjid lainnya yang kemudian berpindah pada tahun 1874. Perkembangan pesat
terjadi pada jumlah pelajar yang terus berdatangan di madrasah ini sehingga ia
harus mulai mengepakkan sayapnya dengan pembangunan-pembangunan gedung dan
penambahan fasilitas belajar seperti gedung fakultas Hadist yang telah
diseleseikan pada tahun 1931 dan gedung fakultas Tafsir. Pada tahun 1940, Raja
Zahir Shah Afghanistan telah membangun Gerbang madrasah yang kemudian diberi
nama 'Baab-uz-Zahir'.
Darul Ulum juga dikenal dengan sebutan Qasim-ul-Ulum yang diambil
dari nama Maulana Muhammad Qasim Nanotwi sebagai pendirinya dan institusi ini
merupakan institusi religius dengan sistem pendidikan yang bagus. Perlu diingat
bahwa Deobandi adalah pengikut madzhab fiqh Abu Hanifa, sedangkan untuk aqidah
mereka mengikuti Abu Mansur Maturidi. Sekitar seribu pelajar lebih mengemban
pendidikan di madrasah ini sedangkan yang empat ratus nya mendapatkan fasilitas
asrama. Pelajar yang berdatangan kesini bukan hanya berasal dari India tapi
juga dari berbagai negara muslim lainnya seperti Afghanistan, Afrika Selatan
dan Inggris. Jamiah Millia Nawakhali dan Madrasah Qasim-ul-Ulum Muradabad juga
termasuk cabang dari institusi ini.
Ada beberapa ajaran yang
dipegang kuat oleh Deobandi dan dianggap sebagai elemen dasar mereka, yaitu:
a)
Tauhid, konsep yang mereka fahami sebagai Abrahamic monotheism
bahwa tidak ada sesuatupun yang dapat menyerupai sifat-sifat Nya.
b)
Mengikuti Sunnah, yaitu menerapkan dan mengamalkan ajaran
Rasulullah Sallalluhu Alaihi Wassalam.
c)
Mencintai para Sahabat Rasulullah Sallalluhu Alaihi Wassalam dengan
mengikuti tindak-tanduk mereka.
d)
Taqlid wal Ittiba', memberikan preferensi kepada salah satu
yurisprudensi Islam yang terdahulu.
e)
Jihad fi Sabilillah, mengerjakan jihad yaitu berjuang di jalan
Allah Swt.
Sedangkan metode pengajaran yang digunakan dalam madrasah ini yaitu
mengikuti sylabus belajar-mengajar pada zaman Rasulullah Sallallahu Alaihi
Wassalam hingga abad ke-10 Hijriyah; yang menitikberatkan pada sistem belajar
tradisional dalam Islam yaitu menghubungkan nalar rasionil dan ilmu tradisional
(traditional science). Adapun buku-buku pokok yang diajarkan pada setiap
kurikulumnya sekitar 11 buku hadist dan beberapa buku tambahan untuk
materi-materi lainnya, sedangkan kurikulum lengkapnya mencapai 81 buku yang
akan dipelajari. Dibawah kuasa Maulana Rashid Ahmad Gangohi institusi ini
meniadakan mata pelajaran seperti ilmu logika dan filsafat seperti yang
dilakukan oleh Shah Wali Allah pada Rahimiyah yaitu dengan menekankan belajar
al-Qur'an, Hadist dan Fiqh.
Metode yang mereka terapkan pada institusi ini:
1)
primer (yaitu memahami kandungan isi buku),
2)
tingkat menengah (mengerti isi buku dan topik disamping juga naskah
buku),
3)
tingkat tinggi (lebih
menekankan pada diskusi dan pemahaman yang mendalam).
Bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa Urdu, maka setiap
pelajar harus mengerti dan bisa menggunakan bahasa tersebut baik dari dalam
negri maupun luar negri. Dan disebutkan bahwa Deoband merupakan institusi
pendidikan pertama kali di India yang tidak menarik biaya kepada pelajarnya
selama lebih dari se-abad. Pada akhir abad ke-19 banyak madrasah-madrasah yang
dikenal dengan Deoband dari Peshawar hingga Madras, dan mereka terdaftar
mencapai 8934 madrasah, primer maupun tingkat lanjut, sampai sekarang-pun masih
terus menyebar dengan satu karakteristiknya yaitu merupakan divisi utama bagi
ulama sub-continent.
6.
Landasan dan Karakteristik Darul Ulum Deoband
Mereka biasa menyebut landasan utama tersebut dengan
'Maslak-e-Darul Uloom' yang mana ada tujuh pokok dasar pada ajaran mereka,
yaitu:
a)
pengetahuan Shariah yang didalamnya meliputi seluruh cabang-cabang
iman dan kepercayaan yang terangkum pada enam rukun iman, kemudian ketaatan
untuk melaksanakan Ibadah (lima rukun Islam) dan menjaga hubungan baik dengan
hal-hal duniawi. Dengan pengetahuan ini diharapkan seorang muslim dapat
menerapkannya pada setiap sisi kehidupan, paling tidak itu merupakan bekal agar
bisa membedakan yang Haq dan yang Batil, yang Makruh dan yang Mandub, karena
dengan demikian akan tercipta sebuah komunitas muslim yang egaliter dan
meletakkan segala sesuatu secara proporsional dan efisien.
b)
Yang kedua adalah mengikuti jalan yang benar, yang mencakup
pendidikan yang baik, penyucian diri dan spiritual traversing (Sulook-e-Batin).
Dengan kata lain dimaksudkan untuk mengikuti jejak para Sufi sebagaimana mereka
juga berpedoman pada Qur’an dan Sunnah, bukan hanya menjalankan rukun iman dan
Islam tapi lebih daripada itu adalah bagaimana seorang muslim dapat mengerjakan
Ihsan atau beribadah semaksimal mungkin, yaitu menerapkan Maqamat dan Ahwal
seperti Taubat, Ridlo, dll.
c)
Yang ketiga adalah keselarasan dengan Sunnah, segala hal yang
diperbuat hendaknya sesuai dengan Sunnah Rasulullah saw. baik perkataan maupun
perbuatan. Sebelum mengerjakan sesuatu hendaknya kembali kepada ajaran Islam,
disinilah peran pengetahuan tentang Shariah itu penting untuk dijadikan pedoman
sehingga kita bisa membedakan mana yang benar dan yang salah.
d)
Yang keempat adalah mengikuti madzhab Imam Hanafi, hal-hal yang
berkenaan dengan furu'iyat dan ijtihad dalam mengambil hukum merupakan bagian
dari ilmu fiqh, para pendahulu Darul Ulum sebagian besar mereka pengikut
madzhab Hanafi.
e)
Yang kelima adalah berdasarkan dialektika al-Maturidi, segala hal
yang bersangkutan dengan kepercayaan dan cara pandang dengan nalar logika yang
benar, khususnya masalah-masalah aqidah dan hukum, mereka mengikuti metode
Ahlus Sunnah wal Jamaah yang direpresentasikan oleh Ash'ari dan al-Maturidi.
f)
Yang keenam adalah bertahan untuk melawan perbedaan, yaitu berusaha
untuk membela yang benar dan menentang doktrin-doktrin yang mencoba untuk
merusak akidah umat Islam. Didalamnya termasuk Amr Ma'ruf Nahi Munkar, dakwah
kepada yang benar dari segala hal yang berbau kemusyrikan, dll.
g)
Yang terakhir adalah ketaatan terhadap Qasim dan Rashed, sebagai
pelajar Darul Ulum Deoband sudah selayaknya ikut merasakan dengan hati dan jiwa
atas perjuangan para pendiri dan pendahulu Deoband dan hal ini biasa mereka
sebut dengan istilah 'Mashrab' yaitu kecondongan, nature, sifat dan tingkah
laku bagi pengikut Deoband. Sebagaimana ditetapkan dalam konstitusi mereka yang
diresmikan pada tahun 1368 H : "Jalan yang dilampaui Darul Ulum adalah
Deoband, yang mengikuti madzhab Hanafi yang selaras sengan Ahlus Sunnah wal
Jamaah, dan berkarakter (Mashrab) seperti para pendirinya yang suci, Hazrat
Maulana Muhammad Qasim Nanotwi dan Hazrat Maulana Rashid Ahmad Gangohi."
Oleh karena itu, tujuh faktor diatas merupakan bagian yang paling
esensial dimana pendidikan dan aktifitas Darul Ulum Deoband berdiri dan
berjalan hingga sekarang. Mereka mengibaratkan ketujuh hal tersebut adalah
tujuh benih dan dari setiap benih tersebut akan tumbuh seratus butir. Tujuh
benih ini diekspresikan kedalam Shariah, Iman, Islam, Ihsan dan 'Idzhar
al-Din', sebagaimana telah diriwayatkan dalam Hadist Jibril Alaihis Salam
tentang Iman, Islam, dan Ihsan.
Adapun beberapa karakterististik madrasah Deoband adalah:
1.
Mengikuti ajaran ahli sunah seperti yang diajarkan oleh Shah Wali
Allah
2.
Mereka juga tidak menjauhkan wahyu dari akal namun juga tidak
mengedepankan akal lebih dari segalanya, karena akal adalah salah satu alat
untuk membuktikan kebenaran wahyu.
3.
Ulama deoband kontemporer berapi-api menyebarkan ilmu pengetahuan
Islami untuk melindungi aqidah Islam dari bid'ah dan khurafat. Dengan demikian
mereka berusaha kritis untuk menumbangkan aqidah dan ajaran-ajaran yang
melenceng, seperti yang dilakukan oleh Maulana Muhammad Yusuf Bannuri yang
menentang Qadiyaniyah dan menganggap mereka keluar dari Islam, beliau juga mengkritik
penjelasan ayat-ayat al-Quran (Quran Commentary) milik Sir Syed Ahmad Khan.
B.
Pakistan
1.
Pendidikan di Pakistan
Pakistan adalah negara Republik Islam, yang berusaha keras untuk
mengimplementasikan ajaran-ajaran yang bersumberkan pada al-Qur’an dan Sunnah
dalam kehidupan modern dalam berbagai aspeknya. Termasuk di dalamnya dalam soal
pendidikan. Sejak masa awal kemerdekaan pada tahun 1947, dalam konferensi
tentang pendidikan pertama, ditekankan
bahwa pendidikan di Pakistan harus berdasarkan dan bertujuan untuk
merealisasikan cita-cita pendidikan Republik Islam Pakistan. Sistem pendidikan
yang dikembangkan harus dijiwai oleh semangat Islam, yang menekankan pada
ukhuwah Islamiyah, keadilan semangat Islam Sosial dan Toleransi. Pada tahun
1951, dalam suatu konferensi tentang pendidikan nasional, berusaha untuk
memperbaharui sistem pendidikan yang ada, dengan mengarahkan kepada terwujudnya
satu sistem pendidikan nasional yang bersifat terpadu (integrated) dan
komprehensif pada tahun 1959.
2.
Militansi dan Madrasah di Pakistan
Madrasah Pakistan pada akhir-akhir ini menjadi topik perdebatan
yang tidak ada habis-habisnya. Madrasah dianggap sebagai ‘biang keladi’
pertumpahan darah diantara sekte-sekte yang ada di Pakistan. Anggapan ini
bukannya tidak beralasan, sejak dua dekade yang lalu, tepatnya pada akhir 70an
dan awal 80an ketika revolusi Iran sampai sekarang pergolakan anti syi’ah
semakin gencar digaungkan oleh kalangan madrasah sunni Deobandi dan Ahli Hadits
dalam rangka membendung pengaruh syi’ah di Pakistan, dan tidak sedikit nyawa
melayang dalam tiap-tiap perkelahian diantara dua sekte ini. Namun demikian,
perkelahian antar madrasah ini tidak hanya terjadi diantara Syi’ah dan Sunni
saja, akan tetapi juga terjadi antara sesama penganut paham sunni.
Dari segi perspektif keamanan, sekte-sekte di Pakistan mempunyai
jaringan sosial, politik dan ekonomi dari lokal dan eksternal. Support yang
diberikan oleh Saudi Arabia, Libya, Irak, Iran dan USA dalam membangun madrasah
tidaklah sedikit, khususnya ketika perperangan di Afghanistan melawan Uni
Soviet mulai pada akhir 70an. Paska 11 September 2001, pandangan dunia mulai
beralih kepada madrasah-madrasah Pakistan. Kalau dulu madrasah dianggap sebagai
partner dalam mengusir musuh, kini setelah 11 September madrasahlah yang
menjadi musuh bagi banyak kalangan. Kalau mau jujur berdirinya
madrasah-madrasah ini tidak lepas dari ikut campur pemerintah Pakistan dan
Amerika sendiri. Dan yang lebih parah lagi, madrasah dianggap sebagai “Bank of
Terrorist” yang menjadi ketakutan bagi masyarakat nasional maupun
internasional, khususnya orang Barat. Gambaran Singkat Pendidikan Islam di
Pakistan.
Pertama, Quranic School adalah sekolah dimana anak-anak belajar
membaca Al-Qur’an. Tempat biasanya di masjid-masjid atau musholla desa.
Kedua, Sekolah Dasar Masjid, yaitu masjid dijadikan tempat belajar
bagi anak-anak yang berumur 7 tahun ke atas. Inisiatif ini resmi dilakukan oleh
pemerintah Zia-ul-Haq pada tahun 80an untuk mengatasi minimnya tempat belajar
di pedesaan disebagian tempat di Pakistan. Selain belajar Al-Qur’an mereka juga
diajarkan oleh imam masjid setempat mata pelajaran bahasa Urdu dan matematika.
Ketiga, adalah madrasah. Madrasah di Pakistan berbeda dengan
pesantren di Indonesia. Di Indonesia para santri tidak diwajibkan untuk
menghafal al-Qur’an seluruhnya, kecuali pesantren tersebut pesantren Hifzul
Qur’an.berbeda dengan di Pakistan, madrasah mewajibkan kepada murid-muridnya
untuk menghafal al-Qur’an 30 juz sebelum belajar materi-materi lain. Karena
al-Qur’an merupakan asas bagi pelajar yang ingin mendalamkan ilmu agama.
Ada lima aliran besar pemikiran di madrasah Pakistan: Deobandi,
Barelwi, Ahli Hadits, Salafi dan Syiah. Tiap-tiap aliran pemikiran ini
mempunyai metode pembelajaran yang berbeda. Tapi, Deobandi dan Barelwialah dua
pemikiran yang paling dominan di seluruh madrasah Pakistan.
3.
Madrasah Pakistan
Lahirnya madrasah-madrasah di Pakistan tidak lepas dari campur
tangan pemerintah dan jaringan internasional lainnya. Lebih tepatnya lagi, pada
tahun 1977 Jenderal Zia-ul-Haq mengambil alih kepemimpinan Pakistan melalui
kudeta. Dua tahun kemudian Unisoviet menyerang Afghanistan yang bertujuan agar
mempermudah untuk mendekati kilang-kilang minyak di Teluk Persia. Melihat
ambisi Unisoviet ini, Amerika tidak tinggal diam. Ronald Reagen presiden
Amerika pada saat itu memanfaatkan moment ini untuk menumpaskan kekuasaan
Unisoviet yang bekerja sama dengan Pakistan. Reagen langsung mengundang
Zia-ul-Haq ke White House dan memberi uang tiga bilion dolar untuk membantu
Pakistan melawan Unisoviet di Afghanistan. Sejak itu pemerintah Zia-ul-Haq
dengan agenda islamisasi dalam segala bidang
tidak mengindahkan segala bentuk protes yang datang dari manapun.
Undang-undang yang menyatakan persamaan hak wanita dihapus. Para aktivis demokrasi
dipenjara. Disatu sisi pihak pemerintah mulai membanguncamp-camp pelatihan
mujahidin yang ingin berperang ke Afghanistan bekerja sama dengan pusat badan
intelegen Amerika, Central Intelligence Agency (CIA). Sejak itu berita khusus
pakai bahasa Arab mulai dikenalkan di Radio dan televisi Pakistan.
Ketika zaman peperangan Afghanistan Unisoviet, madrasah bukan hanya
saja tempat generasi muda belajar dan menimba ilmu dari kitab-kitab turath,
akan tetapi madrasah juga melatih para santrinya untuk bagaimana menggunakan
senjata dan training-training jihad. Madrasah-madrasah yang berorientasi jihad
tumbuh bagaikan cendawan di musim hujan, khususnya di North Western Frontier
Province (NWFP) yang mempunyai perbatasan langsung dengan Afghanistan. Warisan
dari konflik peperangan dingin Afghanistan ini menjadi bentuk madrasah-madrasah
yang berafiliasi dengan organisasi jihad yang digunakan oleh para aktifis
militan dalam menentang pemerintah dan menuntut untuk merepakan syariat Islam
ala mereka.
PENUTUP
A.
Simpulan
Dari pembahasan makalah di atas dapat disimpulkan bahwa negara
India- Pakistan merupakan negara yang
sebagian besar penduduknya beragama Islam
yang telah mencapai masa kejayaannya. Di India sendiri ada Dar-ul-Ulum
Deoband yang terkenal sebagai pusatnya Hadits di seluruh dunia. Namun, seiring
dengan perkembangnya zaman, orang-orang Islam terkalahkan oleh orang Hindu.
Sehingga saat ini India sendiri terkenal dengan mayoritas Hindunya.
B.
Saran
Kita
sebagai umat Muslim serta sebagai tunas bangsa seharusnya merasakan prihatin
atas kondisi zaman yang semakin hari semakin merosot ini.
Kita
sebagai umat Muslim seharusnya menanamkan rasa cinta kepada tanah air Indonesia.
Sehingga kita bisa mempertahankan NKRI dari orang-orang yang mau memecah belah
negara ini.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Usairy,
Ahmad. 2011. Sejarah Islam. Jakarta Timur: Akbar Madia.
Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam,
( Jakarta Timur: Akbar Madia,2011), hlm.330-331